Harianbengkuluekspress.id - Produk minuman kental manis menjadi pemicu terjadinya kasus stunting. Hasil penelitian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) secara nasional, 5 orang balita yang disurvei, 3 orang diantaranya terkena stunting akibat minuman kental manis.
Ahli Gizi dari Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), Bintang Agustina Pratiwi SKM MKM mengatakan, minuman dari produk kental manis itu bukan susu. Karena kental manis dan susu memiliki fungsi berbeda dalam pemenuhan gizi.
"Jangan jadikan kental manis itu seperti susu. Karena berbeda fungsinya," kata Bintang saat konferensi pers, usai orientasi kader Aisyiyah dalam pencegahan stunting, edukasi gizi dan larangan penggunaan kental manis pada balita, di Gedung Kampus IV UMB, Rabu, 25 September 2024.
Dijelaskan Bintang, anak balita membutuhkan gizi yang tinggi. Sementara kondisi saat ini, masih ada masyarakat memberikan kental manis pada balita.
Padahal, kental manis itu memiliki kandungan gula yang tinggi.
Karena kental manis itu hanya mengandung 1 gram protein per takaran saji. Sementara kandungan gulanya sampai 50 persen.
BACA JUGA:1.079 Pelamar CPNS Ajukan Sanggahan, Ini Penjelasan Kepala BKPSDM Provinsi Bengkulu
BACA JUGA:Geng Motor Meresahkan, Lapor Polisi Hubungi Nomor 082280993069
Kandungan gizi pada kental manis, seperti kalsium dan protein lebih rendah dibanding susu lain. Sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan gizi pada anak.
"Tidak boleh untuk balita, ibu hamil hingga lansia. Jangan menjadikan kental manis menjadi susu," tegasnya.
Ia menjelaskan, susu paling baik adalah air susu ibu (ASI). Karena mengandung karbohidrat 7 gram, kalsium 41 mg, protein 1 gram, natrium 17 mg, kolesterol 14 gram dan lemak 4,4 gram. Kemudian, susu sapi segar, susuk busuk dan susu ultra high temperature (UHT).
"Kental manis itu punya tekstur enak dan nagih. Otomatis setelah mengkonsumsi banyak dan sering, maka anak menjadi kenyang. Sementara zat gizi lainnya tidak dikonsumsi. Sehingga nutrisi, kalsium dan protein tidak terpenuhi," papar Bintang yang juga Sekretaris Pengurus Daerah Ikatan Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAGIKMI) Bengkulu ini.
Menurut Bintang, pemenuhan gizi bagi balita sangat diwajibkan. Meski kental manis itu dengan harga murah. Namun masyarakat ekonomi menengah ke bawah bisa menggantikan dengan mengkonsumsi protein. Seperti tempe, kacang maupun kedelai serta ikan teri sebagai kalsium.
"Jadi, bisa mencari penggantinya dengan zat gizi lainnya," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat mengatakan, kental manis ini telah dikenal sebagai susu oleh masyarakat Indonesia sejak 100 tahun lalu. Hasilnya saat ini, kasus stunting itu terjadi dari faktor mengkonsumsi kental manis.