Dibopong Tandu karena Pendarahan, Patma Wati Aman Caesar Andalkan JKN, Begini Kisahnya

Senin 21 Oct 2024 - 19:43 WIB
Reporter : Ary
Editor : Asrianto

Harianbengkuluekspress.id- Sectio caesarea (SC) atau sering disebut operasi caesar adalah prosedur persalinan melalui pembedahan.

BPJS Kesehatan tidak menanggung biaya operasi caesar atas keinginan sendiri tanpa indikasi medis melainkan menanggung biaya operasi caesar jika peserta JKN perlu dirujuk karena alasan medis tertentu.

Salah satu peserta JKN yang telah merasakan manfaat Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk operasi caesar adalah Patma Wati (30).

Patma merupakan warga Desa Sungai Lisai, Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong. Januari tahun 2024 lalu, Patma yang sedang mengandung anak keduanya mengalami perjuangan dalam persalinan yang tidak dapat ia lupakan.

BACA JUGA:Dorong Capaian UHC 100%, Pemkab Mukomuko Ajukan Anggaran Segini pada APBD 2025 untuk JKN

BACA JUGA:Sukses Dukung Program JKN, Bupati Kepahiang Terima Penghargaan UHC Awards 2024

“Saat itu kandungan saya sudah masuk bulan kesembilan, perkiraan bidan sudah lahiran. Namun kata bidan desa, ternyata jalan keluar bayi tertutup ari-ari. Akhirnya terlewat delapan hari dari hari perkiraan lahirnya,” kata peserta segmen PBI tersebut.

Patma mengaku tidak mengalami sakit apapun namun ia mengalami pendarahan hebat selama sebelas hari.

Tak tanggung-tanggung, sekali pendarahan Patma mengeluarkan sekitar dua liter darah yang membuatnya sering pingsan.

“Padahal saya tidak kerja berat, malah banyak tidur. Tetapi tetap saja pendarahan. Saat bayi di perut aktif, pendarahan pun makin banyak,” ungkap ibu dua anak tersebut.

Demi keselamatan ibu dan bayi, bidan pun menyarankan Patma untuk diperiksa di Puskesmas terdekat.

BACA JUGA:Misini (52), Warga Kota Curup, Pasien HD di RSUD Rejang Lebong, Rasakan Manfaat JKN, Begini Kisahnya

BACA JUGA:246 Peserta JKN KIS Dinonaktifkan, Ini Penyebabnya

Keluarga Patma pun segera memeriksakan kesehatan Patma ke Puskesmas yang berada sekitar tiga jam dari rumah Patma di Desa Sungai Lisai.

“Dengan dibantu warga sekampung, saya ditandu ke luar kampung dengan jarak tiga jam jalan kaki menuju Puskesmas Ketenong. Tandunya dari sarung saja karena hanya itu yang kami punya di kampung ini, sedangkan saya sudah hamil besar,” tutur wanita yang bekerja sehari-hari membantu suami bertani tersebut.

Kategori :