Petani Sawit Butuh Pupuk Subsidi, Ini Alasannya

Rabu 30 Oct 2024 - 14:09 WIB
Reporter : Rewa
Editor : Asrianto

Harianbengkuluekspress.id - Petani Kelapa Sawit di Bengkulu membutuhkan alokasi pupuk subsidi. Pasalnya pemerintah hanya akan menyalurkan pupuk subsidi untuk tanaman padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, kakao dan tebu rakyat.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Bengkulu, Jakfar mengatakan, pembatasan pupuk subsidi ke petani kelapa sawit menjadi ironis disaat petani kelapa sawit sedang dalam kondisi sulit.

Padahal selama ini petani kelapa sawit sudah mensubsidi biodiesel yang dipakai oleh publik. 

"Petani sedang sulit malah ditambah sulit lagi, padahal peran petani kelapa sawit itu cukup besar. Tapi, giliran kepentingan petani sawit tentang pupuk kami tidak masuk dalam kelompok petani yang diprioritaskan," kata Jakfar, Selasa 29 Oktober 2024.

BACA JUGA:Bersatu untuk BPD HIPMI Bengkulu Semakin Maju, Yosia Yodan Resmi Daftar Sebagai Bakal Calon Ketua Umum

BACA JUGA:Harga TBS Sawit Capai Rp 2.800 Per Kilogram

Ia mengungkapkan, urusan biosolar juga begitu. Mobil angkutan Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit petani tidak boleh memakai biosolar, ini hampir berlaku di semua SPBU di 22 Provinsi Apkasindo.

Padahal yang membayar selisih harga solar dengan CPO tersebut adalah uang yang notabene berasal dari pekebun sawit rakyat juga.

"Sekali lagi saya sampaikan kami bangga, sebagai garda terdepan stabilisator perekonomian di Bengkulu. Tapi ya sesekali yang prinsip-prinsip perhatikanlah kami petani sawit ini," ujarnya.

Namun demikian, Ia menyebut, Apkasindo sebagai petani sawit mengambil hikmahnya saja.

Ia mengatakan, sejak 2016 dana sarana prasarana sebanyak ratusan miliar dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) masih belum pernah termanfaatkan oleh petani kelapa sawit.

Sebab itu, Apkasindo akan menuntut hak kepada Pemerintah Presiden Prabowo supaya khusus pupuk dimasukkan dalam komponen yang disubsidi.

Tidak ada pilihan lain karena biaya pupuk dan pemupukan di perkebunan sawit mencapai 60% dari total biaya produksi.

"Jika kondisi pupuk mahal ini tidak teratasi maka petani sawit se Indonesia tidak akan mau memupuk, dampaknya adalah produksi TBS kami akan anjlok dan semua akan dirugikan jadinya," kata Jakfar.

Ia menuturkan, petani sawit tidak manja. Akan tetapi faktanya sampai sekarang banyak sekali persoalan yang sebenarnya mudah menjadi sulit.

Kategori :