Lanskap Sebangau-Katingan (SEKA) mencakup hampir seperempat dari tutupan hutan di Kalimantan Tengah.
Sayangnya, kawasan ini menghadapi ancaman degradasi dari perluasan perkebunan, pembangunan jalan, pemukiman, dan kegiatan pertambangan.
BACA JUGA:Epson Perkenalkan Slogan Merek Baru, Berikut Maksud dan Tujuannya
BACA JUGA:Epson Indonesia Komitmen Tanam Ribuan Pohon, Ini Tujuannya
Restorasi Lanskap Hutan (Forest Landscape Restoration/FLR) dalam proyek ini dirancang untuk memulihkan biodiversitas, mendukung kesejahteraan masyarakat lokal, serta mengurangi dampak perubahan iklim.
Sebangau-Katingan merupakan salah satu habitat penting bagi orangutan Kalimantan, tetapi sekitar 8.000 hektar habitat mereka telah terfragmentasi.
Inisiatif ini akan membantu menghubungkan kembali fragmen-fragmen hutan, menciptakan koridor alami yang aman bagi satwa liar untuk berpindah dan mencari makan.
Melalui upaya ini, diharapkan lebih dari 1,7 juta hektar hutan yang masih utuh dapat terlindungi, menjadi rumah bagi ribuan orangutan dan spesies lainnya.
Dewi Lestari Yani Rizki, Direktur Konservasi WWF-Indonesia mengatakan,” WWF-Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi memulihkan Lansekap Seka di Kalimantan Tengah.
Lansekap Seka menjadi habitat penting bagi satwa liar endemik, menjaga kehidupan masyarakat adat, tempatan juga menghambat laju perubahan iklim dengan menyerap karbon.
Lanjut Dewi,” WWF-Indonesia merupakan lembaga yang bergerak berdasarkan sains dan mengedepankan solusi, penanaman pohon merupakan solusi atas upaya pemulihan Lansekap Seka dan juga partisipasi aktif parapihak seperti PT Indonesia Epson Industry ini menjadi sangat penting dan dapat dicontoh bagi perusahaan lain yang ingin berpartisipasi dalam upaya pemulihan ekosistem”.
BACA JUGA:Lanjutkan Komitmennya Selamatkan Bumi, Epson Indonesia Lakukan Ini
BACA JUGA:Epson Indonesia Dukung Produk Dalam Negeri
Berbasis Masyarakat untuk Masa Depan Berkelanjutan
Proyek ini melibatkan sekitar 300 keluarga dari Desa Mangara dan Kawei. Masyarakat akan mendapatkan pelatihan dan pengembangan keterampilan untuk mengelola pembibitan, menanam 200.000 pohon di lahan seluas 300 hektar, dan memelihara area yang telah direstorasi.
Selain itu, pendekatan agroforestri akan dikembangkan untuk menciptakan peluang ekonomi baru dan mengurangi tekanan terhadap hutan.