TAIS, BE - Alih fungsi lahan di Kabupaten Seluma masih terus terjadi. Ironisnya, salah satu alasan petani melakukan alih fungsi lahannya akibat minimnya perhatian pemerintah, karena saluran bendungan Air Ngalam yang rusak, tidak diperbaiki.
Dua dari enam kelompok tani di Kelurahan Talang Dantuk, melalui Ketua Kelompok Tani, Mulyadi mengeluhkan, jika sudah dua tahun ini kawasan persawahan milik kelompoknya sudah gagal panen. Sebab, dari irigasi jebol ini menyulitkan para petani dalam mengelola persawahan mereka, sehingga saat ini beberapa petani memilih mengalihkan fungsi lahannya untuk ditanami kelapa sawit.
"Sejak tahun 2017 kami mengusulkan proposal, tetapi hingga kini penghujung tahun 2023, usulan yang disampaikan tidak pernah ditindaklanjuti sehingga petani di area bendungan Seluma (BS) 12, sudah 2 tahun ini gagal panen," ungkap Yadi.
Bahkan dua kelompok tani sudah tidak aktif lagi, setelah kawasan persawahan mereka sudah menjadi perkebunan sawit. Jika sebelumnya total keseluruhan kawasan persawahan mencapai 180 hektar, kini hanya beberapa kelompok saja yang masih bertahan dengan mengharapkan air dari bendungan Seluma (BS) 12.
“Jika di kalkulasikan, sedikitnya 50 hektar persawahan saja yang masih bertahan, sekalipun merugi dalam bercocok tanam ini. Dan sisanya sudah beralih fungsi menjadi perkebunan sawit,” ujarnya.
Sebelumnya kata Mulyadi, terdapat 10 kelompok tani yang jumlah sawahnya mencapai 140 hektar, namun kini hanya tersisa 6 kelompok tani yang masih bertahan sehingga sawah di areal BS 12 saat ini cuma menyisakan 50 hektar.
''Sisanya sudah alih fungsi lahan perkebunan sawit," kata Yadi.
Tak jauh berbeda, Agus warga Kelurahan Talang Dantuk, Kecamatan Seluma mengatakan, dari luas persawahan 30 hektar saat ini sangat membutuhkan air, sehingga saat ini terancam beralih fungsi menjadi kawasan perkebunan sawit.
“Awalnya 180 hektar di sini kawasan persawahan dengan berjalannya waktu saat ini menjadi 30 hektar saja yang masih tetap bersawah. Namun kenyataannya sekarang sudah gagal panen karena minimnya air yang mengaliri bendungan Air Ngalam ini,” lirih Agus, Ketua Kelompok Tani.
Diceritakan Agus, kebocoran bendungan ini sudah terjadi sejak lama, bahkan sudah dua kali musim panen semuanya gagal. Awalnya kelompok tani merasa berbangga hati, jika di tahun 2023 ini akan dilakukan perbaikan setelah akan di anggarkan dalam APBD. Ironisnya, hingga penghujung tahun 2023 tak kunjung ada perbaikan terhadap bendungan.
"Akibat bocornya bendungan ini, sudah dua kali musim panen selalu gagal dan petani cukup menderita lantaran merugi," keluh Agus.
Terpisah, Bupati Erwin Octavian mengatakan, bahwa pihaknya akan menanggapi semua keluhan masyarakat khususnya para petani yang mengeluhkan sawahnya kekeringan akibat jebolnya irigasi bendungan air ngalam. Memastikan dalam waktu dekat ini pihaknya segera berkoordinasi ke Balai PUPR untuk memastikan kapan irigasi tersebut bakal diperbaiki.
"Pemerintah daerah akan segera berkoordinasi ke Balai Sumatera VII untuk memastikan kapan jebolnya bendungan ini bisa diperbaiki. Kita tidak bosan-bosannya mengajukan proposal," kata Bupati Erwin
Selain itu, Bupati Seluma juga secara langsung membantu uang cas untuk dilakukan perbaikan saluran yang jebol tersebut. Dimana sebelumnya anggota petani sudah sumbangan sukarela untuk perbaikan.
“Ini ada sumbangan untuk perbaikan besar harapan bantuan dan sumbangan ini bisa untuk melakukan perbaikan sebelum di lakukan perbaikan oleh pemerintah,” sampainya singkat. (333)