Harianbengkuluekspress.id-Raut bahagia terpancar di wajah bapak Suparmanto (58) dan putranya, Embang Novianto (30), karena usaha Sari Aren yang mereka rintis sejak Maret 2010 silam, telah menuai kesuksesan. Bahkan dalam sebulan, usaha binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bengkulu yang beralamat di Jalan Pramuka No. 5 Desa Air Meles Atas, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu ini mampu mengantongi omzet hingga Rp 120 juta.
Menurut penuturan bapak Parman sapaan akrabnya, usaha Sari Aren ini didirikan dengan tujuan untuk membantu petani aren di Desa Air Meles Atas. Sebab mereka selalu mendapatkan harga beli yang rendah dari tengkulak. Dimana satu kilogram gula aren batok pada waktu itu dihargai kurang dari Rp 10 ribu.
"Gula aren batok milik petani waktu itu banyak dibeli tengkulak dengan harga kurang dari Rp 10 ribu per kilogram," tutur Parman, Senin 19 Februari 2024.
Melihat kondisi itu, muncul keinginan dalam benak Parman untuk membantu petani aren. Salah satunya dengan mendirikan usaha gula semut, yakni gula aren yang berbentuk butiran-butiran halus seperti gula pasir. Karena selain peminatnya tinggi, harga jualnya juga cukup menjanjikan mencapai Rp 35 ribu per kilogram atau 3 kali lebih tinggi dibandingkan harga gula aren batok.
"Alhamdulillah niat baik yang kami lakukan ke petani aren waktu itu bisa membawa keberkahan pada usaha gula semut ini. Harga jualnya saat ini juga sudah meningkat berkali-kali lipat dibandingkan harga gula aren batok," tutur Parman.
Meningkatnya harga jual tersebut, tentu saja tidak lepas dari peran Parman dalam melakukan inovasi terhadap gula aren batok. Bahkan, berkat inovasi sederhana yang dilakukannya, para petani aren di Desa Air Meles Atas tidak perlu lagi menjual gula aren batok ke para tengkulak yang rata-rata membeli dengan harga rendah. Selain itu, inovasi itu juga melahirkan kelompok petani aren yang saat ini telah bermitra dengan usaha Sari Aren.
"Saat ini kami telah membentuk kelompok dan membangun program kemitraan dengan 60 orang petani aren di Desa Air Meles Atas. Melalui program itu, kami membeli gula aren batok milik mereka dengan harga yang jauh lebih baik dibandingkan harga yang ditawarkan oleh tengkulak," ujar Parman.
Program kemitraan yang dibangun oleh Parman, tidak hanya membantu puluhan petani aren, tetapi juga memudahkan usaha Sari Aren mendapatkan pasokan bahan baku gula semut. Meski begitu, tidak semua bahan baku gula semut dari petani bisa diterima. Sebab, usaha yang telah berdiri selama 14 tahun ini, hanya menerima gula aren batok yang memiliki warna merah bata atau kuning serta bertekstur kering.
"Sesuai SOP, kami hanya menerima dan membeli gula aren batok dari petani yang memenuhi kriteria khusus seperti memiliki warna merah bata atau kuning dan bertekstur kering," kata mantan petani dan pengrajin gula aren batok ini.
Menurut Parman, gula aren batok yang memenuhi kriteria khusus sangat mudah untuk diproduksi menjadi gula semut. Bahkan dengan bantuan tenaga kerja kurang lebih 6 orang, dalam sehari usahanya bisa memproduksi gula semut sebanyak 250 kilogram hingga 500 kilogram.
"Dengan produksi segitu, kami bisa mengantongi omzet Rp 70 juta hingga Rp 120 juta perbulan," tambah Parman.
Omzet puluhan hingga ratusan juta rupiah yang dikantongi oleh Parman berasal dari penjualan gula semut Sari Aren kemasan 200 gram, 400 gram, dan 1 kilogram. Dimana setiap kemasan dihargai mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 35 ribu.
"Selain itu, kami juga menjual gula semut sachet kemasan 8 gram, gula aren cair, gula aren batok premium serta gula semut dengan varian rasa seperti rasa jahe merah, kopi, dan kedelai," imbuh Owner PT Sari Aren Group ini.
Sementara itu, General Manager PT Sari Aren Group sekaligus putra kandung bapak Parman, Embang Novianto menambahkan, selain memberikan omzet yang besar bagi perusahaan, usaha Sari Aren ini juga berhasil meningkatkan pendapatan petani aren di Desa Air Meles Atas. Bahkan rata-rata pendapatan harian mereka saat ini telah mencapai Rp 100 ribu atau meningkat dari sebelumnya yang hanya Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu.
"Sejak kami melakukan inovasi gula aren batok menjadi gula semut nilai ekonomisnya bertambah, kemudian pendapatan petani meningkat dari awalnya Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu per hari menjadi Rp 100 ribu per hari," ujar Emba.