Harianbengkuluekspress.id - Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu mencatat pelaku usaha pertanian di daerah didominasi berusia 45-65 tahun. Sementara pelaku usaha pertanian berusia 25 hingga 30 tahun masih terbilang minim. Oleh sebab itu, pemerintah mendorong generasi milenial dapat menjadi petani di daerah, karena Bengkulu membutuhkan petani milenial.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, M Rizon SHut MSi mengatakan, masyarakat berusia 25 tahun hingga 30 tahun yang bekerja di sektor pertanian di Bengkulu sangat sedikit.
"Pelaku sektor pertanian pun masih didominasi pelaku usaha 45-65 tahun ke atas. Oleh karena itu, penting untuk menggalang partisipasi milenial di sektor pertanian sebagai langkah strategis untuk keberlangsungan pangan di Bengkulu," kata Rizon, Sabtu 9 Maret 2024, kepada BE.
Ia berharap, masyarakat terutama kaum milenial di Bengkulu dapat memanfaatkan lahan-lahan tak terpakai untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Sehingga lahan tak terpakai tersebut akan menjadi lebih produktif dan menghasilkan bahan pangan.
BACA JUGA:Kenaikan Parkir Kurang Sosialisasi, Ini Kata Kepala Bapenda Kota Bengkulu
BACA JUGA:Maju Pilgub, Helmi Tunggu Rakerwil, Ini Alasannya
"Kita ingin kaum milenial itu bisa bercita-cita jadi petani, karena banyak untungnya jadi petani," ujarnya.
Ia mengaku, tahun depan, Dinas TPHP fokus membangun kesadaran milenial akan pentingnya bertani. Dengan begitu, stigma bertani sebagai kegiatan yang tidak menghasilkan dapat terhapus.
"Tahun depan adalah tahun kesadaran, bahwa kalau lulus universitas tidak usah selalu mikirnya harus jadi PNS. Karena jadi petani itu bisa sejahtera sampai tiga kali lipat gaji UMR," tuturnya.
Ia mencontohkan, seorang petani yang memiliki kebun kelapa sawit minimal 1 hektar mampu menghasilkan pendapat Rp 8 juta per hektar per bulan. Dengan asumsi 1 hektar kebun sawit mampu menghasilkan sekitar 8 ton sawit per bulan dan harga sawit Rp1.000 per kilogram.
BACA JUGA:Sering Dianggap Sepele, Ini Manfaat Biji Duku Yang Jarang Diketahui
"Itu baru satu hektar, kalau bisa punya dua hektar maka pendapatannya bisa lebih besar dari itu," ujar Rizon.
Tidak hanya menjadi petani kelapa sawit, Ia menambahkan, menjadi petani sayuran hidroponik juga cukup menguntungkan. Bahkan setiap bulannya para petani bisa mengantongi uang sekitar Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Hal ini disebabkan masyarakat saat ini gemar mengkonsumsi sayuran hidroponik ketimbang sayuran di pasar. Karena, sayuran hidroponik terbukti bebas dari pestisida.
"Menjadi petani itu sangat menghasilkan, kalau jadi PNS gajinya bisa diukur, kalau petani semakin besar luas lahannya, maka semakin banyak pendapatannya," tuturnya.
Ia berharap, kaum milenial di Bengkulu bisa mengambil hal positif dari usaha pertanian. Selama ini bertani selalu dipandang sebelah mata. Padahal usaha pertanian mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi yang menjalaninya.