Investasi Bodong di Bengkulu Minim, OJK Ingatkan Waspada Bila Diimingi Investasi Berbunga Lebih dari 7 Persen

Kepala OJK Bengkulu Tito Adji Siswantoro--

Harianbengkuluekspress.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bengkulu hingga kini belum menemukan investasi bodong di Provinsi Bengkulu. Hal ini berkat gencarnya Satgas Waspada Investasi yang melakukan sosialisasi ke masyarakat. Kepala OJK Provinsi Bengkulu, Tito Adji Siswantoro mengatakan, hingga saat ini belum ada ditemukan investasi bodong di Bengkulu. Bahkan kasus investasi bodong di daerah ini telah menurun.

"Alhamdulillah, sampai saat ini untuk kasus investasi bodong di Bengkulu Sudah menurun secara drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," kata Tito kepada BE, Kamis 16 Mei 2024.

Meski saat ini Bengkulu bisa dikatakan minim investasi bodong, akan tetapi dalam beberapa tahun belakangan program investasi bodong gencar di promosikan baik secara langsung maupun seminar di hotel. Akan tetapi hal tersebut sudah diberantas oleh Satgas Waspada investasi, sehingga membuat oknum yang selalu menawarkan investasi bodong menjadi kewalahan.

"Satgas Waspada Investasi gencar melakukan sosialisasi ke masyarakat. Jadi oknum yang menawarkan investasi bodong tidak memiliki ruang gerak lagi," ungkap Tito.

BACA JUGA:Debu Batubara Teluk Sepang Semakin Mengkhawatirkan

BACA JUGA:Hewan Kurban Wajib Disertakan SKS, Ini Kegunaannya Bagi Peternak

Tidak hanya itu, bahkan OJK juga rutin menginformasikan kepada masyarakat untuk berinvestasi dilembaga keuangan resmi. Selain dana yang diinvestasikan aman, juga masyarakat tidak perlu khawatir ketika perusahaan investasi tersebut mengalami likuidasi. 

"Jadi kalau masyarakat berinvestasi di lembaga keuangan resmi dana mereka aman, karena diawasi oleh OJK, contohnya mereka berinvestasi dalam bentuk deposito. Kalau Banknya dilikuidasi maka nanti akan ditanggung oleh LPS, jadi lebih aman daripada investasi bodong," ujarnya.

Ia mengaku, rata-rata masyarakat yang terjebak dengan investasi bodong tergiur dengan return atau imbal hasil yang tinggi. Padahal banyak perbankan di Indonesia menawarkan return yang tidak begitu tinggi, sehingga jika ada perusahaan yang menawarkan return tinggi wajib diwaspadai.

"Kalau ada perusahaan ataupun perorangan yang menawarkan iming-iming return tinggi, jangan mau ikut, karena bank saja dalam 1 tahun maksimal cuma 7 persen. Kalau ada yang menjanjikan diatas 10 persen itu perlu diwaspadai," tuturnya.

BACA JUGA:Dirikan Posko Pekerja Migran, Langkah Mempermudah dan Mempersingkat Layanan Bagi Pekerja Migran Di Daerah Ini

Ketertarikan masyarakat dengan iming-iming imbal hasil yang tinggi membuat mereka terjebak di Investasi bodong. Hal ini disebabkan tingkat literasi yang dimiliki belum begitu tinggi. Jika tingkat literasi mereka baik maka kecil kemungkinan untuk menjadi korban investasi bodong.

"Tingkat inklusi kita memang tinggi mencapai 88 persen, tapi literasi keuangan sebesar 30,39 persen menurut survei 2022. Ini artinya masih rendah, oleh karena itu kita akan terus mendorong peningkatannya agar masyarakat tidak terjebak dengan investasi bodong," tutupnya. (Rewa Yoke)

 

Tag
Share