Belasan Tahun Jalan Langgar Jaya Kepahiang Dibiarkan Berlumpur, Begini Penderitaan Masyarakat
Ojek motor angkut kopi kering kesulitan melewati jalan berlumpur di Desa Langgar Jaya Kecamatan Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang.-IST/BE-
Harianbengkuluekspress.id - Belasan tahun jalan menuju Desa Langgar Jaya Kecamatan Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang masih berlumpur. Akses keluar masuk desa tersebut sangat menyulitkan masyarakat karena hanya dapat dilalui kendaraan roda dua, dengan keadaan akses jalan berlumpur.
Kondisi tersebut membuat penderitaan masyarakat Desa Langgar Jaya, seperti tidak kunjung berakhir. Jika itahun lalu, viral masyarakat angkut jenazah warga menggunakan tandu, maka kali ini Langgar Jaya kembali viral karena sulitnya warga mengangkut hasil panen kopi.
Lagi - lagi akibat jalan yang berlumpur sehingga menyusahkan ojek motor untuk membawa hasil panen masyarakat.
"Tolonglah pak, kami pejuang receh. Jalan menuju desa kami kondisinya berlumpur dan sangat dalam. Karena tidak ada pembangunan," ungkap Ririn Handayani (28) warga setempat kepada BE.
BACA JUGA:Warga Kepahiang Diminta Waspada Gigitan HPR, Stok VAR Hanya 32 Vial
BACA JUGA:Nata-Hafizh Deklarasi Dukungan PKS, Siap Menangkan Pilkada Kepahiang Ditahun Ini
Jalan sepanjang 13 kilometer menuju Desa Langgar Jaya, Kecamatan Bermani Ilir masih tanah. Akibat jalan yang masih tanah tersebut membuat Desa Langgar Jaya menjadi desa terisolir, karena tidak bisa dilewati kendaraan umum atau angkot.
Sejak awal berdirinya desa, tidak ada pembangunan hotmix yang dilakukan oleh pemerintah.
"Kalau angkot sejak awal desa berdiri sampai saat ini tidak ada. Karena memang kondisi jalannya, satu-satu kendaraan transportasi yakni sepeda motor yang sudah dimodifikasi khusus," ungkapnya.
Lebih lanjut Ririn mengatakan bila keadaan jalan Langgar Jaya itu membuat ratusan keluarga alami kesulitan. Baik untuk aktivitas keluar masuk desa, maupun terkait dengan perekonomian masyarakat. Karena, akibat jalan tanah biaya angkut hasil-hasil pertanian masyarakat sangat tinggi.
"Untuk biaya angkut hasil pertanian itu bisa mencapai Rp 250 ribu untuk satu karung biji kopi persatu kali jalan," sebutnya.
Selain mahalnya biaya angkutan pertanian, harga material bangunan juga sangat mahal. Sepeti harga semen bisa mencapai Rp 140 ribu per sak.
"Kalau musim hujan harga semen Rp 140 ribu, kalau sekarang lagi musim panas harganya turun sedikit," ucapnya.
Ia menceritakan, jika ada warga sakit berat maka warga tersebut harus digotong menggunakan tandu, untuk dapat dibawa menuju pusat perkotaan. Karena kendaraan roda empat tidak bisa masuk ke pedesaan.