Sempat Deg-deg an Dan Tidak Bisa Tidur, Begini Cerita Sang Juara Olimpiade Fisika Internasional
Pelajar Indonesia peraih medali Perak pada IPhO ke-54 -istimewa/bengkuluekspress-
Diceritakannya, awal ia mengikuti kompetisi bidang ini, saat itu bertepatan dengan pandemi covid-19, ditengah keterbatasan kegiatan di luar rumah. Ia mengisi kegiatan sehari-hari dengan menonton tayangan YouTube.
BACA JUGA:Bangun Bengkulu Lewat Pendidikan, Gubernur Serahkan Beasiswa Leadership
BACA JUGA: Kurikulum Merdeka Bantu Entaskan Kesenjangan Pendidikan? Ini Kata Mendikbudristek
" Saya teringat waktu pandemi Covid-19 untuk mengisi kegiatan sehari-hari saya menonton tayangan YouTube tentang astronomi hingga fisika dan dari situlah saya berangkat mencoba dari OSN hingga sampai ke tahap ini," ungkap Zahran.
Berbekal ilmu yang dimiliki, ia dinyatakan lolos di Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun 2023 dengan meraih medali Emas dibidang Fisika.
Melalui prestasi ini, Zahran merasa bangga kembali bisa mengharumkan nama Indonesia di tingkat Inernasional dan ingin memajukan Indonesia dibidang sains dan teknologi.
"Sangat bangga apalagi bisa mengharumkan nama Indonesia lagi di tingkat internasional. Kedepannya saya ingin memajukan Indonesia melalui sains dan teknologi karena saya lahir di Indonesia jadi saya punya kewajiban untuk itu, "terang Zahran.
Prestasi gemilang juga diraih Kaitlyn Iliana Toniman, siswi asal SMAS Kristen BPK Penabur Gading Serpong yang meraih medali perunggu.
Ia mengungkapkan selama berkompetisi nyaris tidak bisa tidur, perasaan tak menentu menjadi salah satu faktornya.
"saat mengikuti perlombaan sempat deg-degan dan tidak bisa tidur. Namun, akhirnya saya bisa mengatasi itu dan mendapatkan medali untuk Indonesia," tutur Kaitlyn.
Disisi lain, Koordinator Pembina IPhO, menyampaikan, selama pelaksanaan IPhO para siswa-siswi sudah berusaha memberikan yang terbaik.
"Saya mengapresiasi atas usaha dan kerja keras anak-anak. Sebelumnya anak-anak sudah melalui proses pembinaan sebanyak tiga tahap. Tantangannya memang ada pada di pembinaan karena setiap negara masing-masing berbeda dalam hal pembinaan," jelas Triyanta. (**)