Pemuda Harus Lestarikan Sarafal Anam, Salah Satu Kesenian dan Budaya Penting

REWA/BE Masyarakat suku Melayu Kota Bengkulu saat memeriahkan acara pernikahan dengan Sarafal Anam, Minggu 29 September 2024.--

Harianbengkuluekspress.id - Pemuda dari suku Melayu Kota Bengkulu diharapkan dapat berperan aktif dalam melestarikan budaya Sarafal Anam. Sebab, budaya ini sering kali hanya dimainkan oleh generasi yang lebih tua. Hal ini mendorong munculnya keprihatinan dikalangan tokoh adat dan masyarakat tentang bagaimana warisan budaya ini dapat diteruskan kepada generasi mendatang.

Seorang tokoh adat Melayu Kota Bengkulu, Hilman Fuadi menjelaskan, Sarafal Anam salah satu kesenian dan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Melayu di Bengkulu. Meski begitu, sangat sedikit pemuda yang mau melestarikan budaya ini.

"Kami berharap para pemuda khususnya dari suku Melayu Kota Bengkulu agar dapat melestarikan budaya Sarafal Anam," kata Hilman, Minggu 29 September 2024.

Warisan budaya Sarafal Anam harus dilestarikan oleh pemuda karena tidak dapat dipisahkan dari perayaan besar dalam masyarakat, mulai dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hingga acara pernikahan. Momen tersebut sering kali menjadi ajang bagi masyarakat untuk menampilkan kesenian ini, sehingga menjaga keberlangsungan tradisi yang sudah ada selama berabad-abad.

"Kenapa pemuda harus melestarikan budaya ini karena Sarafal Anam ini tidak dapat dipisahkan dari perayaan-perayaan besar dalam masyarakat," tambah Hilman.

Meskipun asal usulnya tidak terdokumentasi dengan baik, Hilman meyakini Sarafal Anam mulai berkembang seiring dengan masuknya Islam ke Bengkulu, pada abad ke-15 hingga ke-17. Sumber lain menambahkan Sarafal Anam tidak hanya dikenal sebagai bentuk hiburan, tetapi juga sebagai sarana dakwah yang efektif. Kesenian ini memadukan syair-syair keagamaan dari kitab Mawlid Sharaf al-Anam, yang telah dimodifikasi dan dilagukan dengan gaya khas Bengkulu.

"Sarafal Anam ini warisan budaya yang sudah dijaga selama ratusan tahun, oleh sebab itu pemuda harus bangga dengan budaya ini," tuturnya.

Saat ini, Sarafal Anam bukan hanya sekadar ritual, melainkan telah menjadi salah satu identitas budaya adat Melayu Bengkulu. Hal ini diakui oleh berbagai kelompok etnis di daerah tersebut. Etnis Rejang, Serawai, Kaur, Mukomuko, Lembak, Pekal, Pasemah, dan Enggano, yang semuanya merupakan rumpun Melayu, telah mengadopsi tradisi ini dengan variasi pembawaan masing-masing. Dengan keanekaragaman ini, Sarafal Anam menjadi simbol persatuan di antara etnis yang ada di Bengkulu.

"Ini bukti budaya dapat menyatukan kita meskipun ada perbedaan. Kami berharap pemuda dapat terus melestarikannya,” kata Hilman.

Mengingat pentingnya budaya Sarafal Anam bagi masyarakat, langkah-langkah konkret harus diambil untuk memastikan bahwa tradisi ini tetap hidup di kalangan generasi muda. Melalui pelatihan dan sosialisasi, diharapkan pemuda dapat menguasai seni ini dan terus menyebarkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

"Kami terus melakukan pelatihan dan mensosialisasikan, hal ini diharapkan bisa mendorong pemuda agar melestarikan budaya masyarakat Melayu di Bengkulu," tutupnya. (Rewa Yoke)

Tag
Share