Mahasiswa S2 Fisip UNIB Sambangi Desa Air Petai Seluma, Ini Pelajaran Berharga yang Bisa Dipetik

mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Bengkulu angkatan 15 menyambangi Desa Air Petai, Sukaraja, Seluma, Sabtu 26 Oktober 2024-Istimewa/Bengkuluekspress.-

Harianbengkuluekspress.id - Sabtu, 26 Oktober 2024, menjadi hari bersejarah bagi mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Bengkulu angkatan 15.

Mereka mengunjungi Desa Air Petai, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma, dalam rangka kuliah lapangan untuk mata kuliah Komunikasi Antar Budaya.

Kegiatan ini bukan hanya sekadar formalitas akademis, tetapi juga merupakan kesempatan emas untuk menggali dan memahami kerukunan antarumat beragama yang menjadi fondasi kehidupan masyarakat desa ini.

Kegiatan tersebut diisi dengan dialog hangat antara mahasiswa dan sejumlah tokoh penting yang termasuk Kepala Desa Air Petai, Made Rayarto, serta tokoh agama dan pemuda lintas agama.

BACA JUGA:DISUKA Kuasai Debat Perdana, Paparkan Program dengan Lugas, Jawab Pertanyaan dengan Tepat

BACA JUGA:BE dan Komunikasi UNIB Mou MBKM, Ini Pernyataan Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNIB

Dialog ini bertujuan untuk memahami bagaimana masyarakat Desa Air Petai menjaga kerukunan antarumat beragama, meski mereka hidup dalam keragaman suku dan agama yang kaya.

Dosen Komunikasi Antar Budaya, Dr. Alfarabi, M.A., yang akrab disapa Pak Abay, mengungkapkan bahwa kunjungan ini penting karena Desa Air Petai menjadi contoh nyata dalam moderasi dan kerukunan umat beragama di Provinsi Bengkulu.


mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Bengkulu angkatan 15 menyambangi Desa Air Petai, Sukaraja, Seluma, Sabtu 26 Oktober 2024-Istimewa/Bengkuluekspress.-

Pak Abay menekankan, meskipun kehidupan dalam keberagaman memiliki potensi konflik, pendekatan yang baik dan penguatan nilai-nilai toleransi dapat mencegah terjadinya perpecahan.

Belajar langsung dari pengalaman masyarakat di lapangan memberikan makna yang lebih dalam tentang toleransi.

“Kita harus memahami bahwa toleransi bukan hanya sekadar menganggukkan kepala, tetapi menghayati nilai-nilai yang ada di masyarakat,” ungkapnya. Pengetahuan yang diperoleh di lapangan ini diharapkan bisa memberikan pemahaman yang lebih dalam bagi mahasiswa tentang pentingnya hidup dalam keragaman.

BACA JUGA:Jawab Tantangan Kerja Jurnalis di Era Digital, IKAL Jurnalistik Fisip UNIB Lakukan ini

BACA JUGA:Tim Sepak Bola Sahabat Bhabin, Bangun Bakat Anak-anak Sejak Dini

Tag
Share