Pastikan Belanja Online Aman Dari Penipuan, Lakukan Langkah-Langkah Ini
ilustrasi belanja online -Istimewa/Bengkuluekspress-
Harianbengkuluekspress.id- Masyarakat diminta untuk mewaspadai modus penipuan belanja online. Terlebih jelang digelarnya Hari Belanja Nasional (Harbolnas) 12.12 yang jatuh pada Kamis 12 Desember 2024.
Harbolnas kerap dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mberbelanja dengan biaya murah. Meningkatnya transaksi momentum ini, dimanfaatkan oleh oknum siber.
Penjahat siber mencoba mengambil keuntungan dari orang-orang yang ingin membelanjakan uangnya pada momen ini.
Pemerintah sebelumnya telah menargetkan transaksi lebih dari Rp 29 triliun pada momen Harbolnas kali ini. Angka ini sedikit di atas total tahun sebelumnya yang mencapai Rp25,7 triliun.
Menurut Microsoft Digital Defence Report 2024, ancaman siber semakin canggih, dengan Indonesia mencatat lebih dari 102,95 juta anomali lalu lintas siber pada H1 2024. Dalam konteks harbolnas, para penjahat sering memanfaatkan kesibukan pembeli untuk melancarkan serangan.
BACA JUGA:Jalan Desa Padang Siring Dibangun 2025, Ini Kata Pihak Dinas PUPR Benteng
BACA JUGA:Minat Sedikit, Program Magang ke Jepang di Lebong Diperpanjang, Ini Waktunya
National Technology Officer Microsoft indonesia, Panji Wasmana memperingatkan untuk selalu menjaga kesadaran dan kewaspadaan terhadap ancaman siber.
"Umumnya mereka memanfaatkan ketidaksabaran pembeli untuk menyelesaikan transaksi dengan diskon yang cukup besar, stok yang terbatas, dan periode penawaran yang singkat, sehingga pembeli lupa untuk memeriksa keaslian situs web dan email promosi."katanya.
Untuk mencegah masyarakat menjadi korban, beberapa jenis ancaman ini perlu diperhatikan yaitu:
1. Phishing, atau serangan yang bertujuan untuk mengelabui korban agar memberikan informasi pribadi dan mencuri data sensitif melalui situs web palsu atau tautan yang mencurigakan. Selama Harbolnas, modus operandi ini sering muncul melalui email promosi, pesan teks, dan kode QR.
2. Ancaman penipuan berteknologi tinggi.
Dalam penipuan berteknologi tinggi, pelaku biasanya menyamar sebagai perwakilan perusahaan besar dan memaksa pembeli untuk memberikan informasi rahasia atau membayar layanan palsu.
Kerugian akibat penipuan teknologi bisa mencapai sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan phishing tradisional.