Puluhan Ton Pisang Masyarakat Enggano Membusuk, Stok Bapok Mulai Menipis

Truk pengangkut pisang di Pulau Enggano tak bisa berlayar ke Bengkulu akibat alur Pelabuhan Pulau Baai dangkal.-IST/BE-
Harianbengkuluekspress.id - Kondisi ekonomi masyarakat di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara semakin memprihatinkan. Sebab, puluhan ton pisang yang menjadi andalan pendapatan bagi masyarakat harus membusuk di Pelabuhan Kahyapu, Enggano.
Ketua Forum Komunikasi Kepala Desa (FKKD) Kecamatan Enggano, Redy Heloman Kaitora mengatakan, sejak Kapal KMP Pulo Tello tidak bersandar di Pulau Enggano akibat pendangkalan alur di Pelabuhan Pulau Baai banyak masyarakat merugi. Salah satunya puluhan ton pisang milik masyarakat membusuk.
"Masyarakat selama ini menggantungkan ekonomi dari buah pisang, kebanyakan buah pisang dikirim ke luar pulau, tapi karena kapal tidak ada menyebabkan puluhan ton pisang membusuk," kata Redy, Senin, 14 April 2025.
BACA JUGA:Rohidin Dititipkan di Rutan Malabero, Isnan Fajri dan Anca di Lapas Bentiring
BACA JUGA:Dua Calon Dirut Bank Bengkulu Tes Wawancara, Ini Sosoknya
Ia mengaku, masyarakat tetap mencari solusi terhadap permasalahan yang dialami. Salah satunya dengan mengangkut pisang menggunakan kapal nelayan.
"Tapi kapasitas kapal nelayan tidak besar, jadi tidak bisa bawa pisang dalam jumlah besar, akhirnya pisang dibiarkan membusuk," tambah Redy.
Akibat pisang membusuk, masyarakat yang berprofesi sebagai petani harus menanggung kerugian yang tidak sedikit antara Rp 4 juta hingga Rp 6 juta.
"Rata-rata merugi, biasanya bisa mengantongi pendapatan sampai Rp 6 juta sekali mengirim pisang, ini tidak ada sama sekali," imbuhnya.
Tidak hanya itu, kebutuhan pokok diperkirakan hanya mampu bertahan selama satu minggu ke depan. Oleh sebab itu, pihaknya berharap Pemerintah bisa segera melakukan pengiriman.
"Kebutuhan pokok seperti gula, tepung, telur, dan minyak goreng sudah menipis, perkiraan kami hanya mampu bertahan seminggu," ujar Redy.
Menurut Redy, meski beberapa desa seperti Banjar Sari, Kahyapu, dan Ka'ana sedang memasuki masa panen padi sehingga ketersediaan beras dinilai masih cukup, namun kebutuhan pokok lainnya sangat mendesak. "Beras memang masih aman untuk seminggu ke depan, tapi bahan kebutuhan lainnya sudah sangat kritis," jelasnya.
Selain bahan pokok, ketersediaan BBM juga menjadi perhatian utama. Sebab, pasokannya semakin menipis. Sehingga jika tidak ada suplai dalam waktu dekat, kendaraan di pulau ini tidak bisa beroperasi.
"BBM bersubsidi stoknya makin sedikit di SPBU. Eceran pun sudah dijual dengan harga Rp 14 ribu per liter. Jika SPBU kehabisan, harga di eceran pasti naik lagi," ujar Redy.