La Nina Masih Mengancam Produktivitas Kelapa Sawit, Begini Dampaknya

Cuaca ekterm la nina masih akan mengancam produksi sawit tahun ini.-Istimewa/Bengkulu Ekspress -

Harianbengkuluekspress.id - Fenomena La Nina atau hujan ekstrem diperkirakan akan terjadi di Bengkulu. Kondisi tersebut tentu saja dikhawatirkan mengancam produktivitas kelapa sawit.

Pengamat Pertanian Bengkulu, Prof Dr Zainal Muktamar SP MSi mengungkapkan keprihatinannya atas dampak La Nina yang dikhawatirkan mengancam produktivitas sektor perkebunan kelapa sawit. 

Menurutnya, hujan ekstrem yang sering terjadi akibat La Nina dapat mengganggu aktivitas pertanian kebun sawit karena membuat jalan kebun menjadi becek dan sulit dilalui kendaraan roda empat.

"Anomali cuaca La Nina akan mengganggu aktivitas kebun sawit karena hujan yang mengakibatkan jalanan kebun menjadi becek," ujar Zainal, Minggu 7 April 2024.

Selain itu, La Nina juga diprediksi akan menyebabkan penurunan produksi sawit dalam jangka waktu 1 tahun hingga 1,5 tahun ke depan.

BACA JUGA:Pasar Panorama Ditertibkan Usai Lebaran, Ini Kawasan yang Ditertibkan

BACA JUGA:Volume Sampah Melonjak 440 Ton, Ini Dia Pemicunya

"Dampaknya tidak langsung tapi dalam 1 tahun sampai 1,5 tahun kemudian pasti akan berpengaruh karena tanaman tidak mendapatkan penyinaran yang cukup," tutur Zainal.

Kondisi ini akan memperburuk penurunan produktivitas kebun sawit yang sudah tidak optimal selama 1,5 tahun terakhir akibat El Nino. 

Ditambah lagi petani sawit di Bengkulu sudah mengalami penurunan produksi sekitar 40-60% akibat isu kenaikan harga pupuk dalam negeri. "Sudah produksi menurun karena pupuk, diperparah karena La Nina maka akan semakin turun aktivitas kebun khususnya proses pemanenan Tandan Buah Segar," tambah Zainal.

Sebelumnya, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Fatmawati Bengkulu, Muhammad Fajar memprediksi pergeseran fenomena cuaca dari El-Nino menuju La Nina di Bengkulu pada tahun 2024 ini.

"Diperkirakan akan terjadi pergeseran El-Nino ke La Nina tidak hanya pada awal tahun ini tetapi juga pada periode Juli-September 2024," pungkasnya.

Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi para petani sawit di Bengkulu. Menurut mereka, tantangan akibat cuaca ekstrem tersebut akan membutuhkan strategi adaptasi yang lebih baik untuk menjaga produktivitas kebun sawit di tengah ancaman perubahan iklim. 

"Kami harus lebih siap menghadapi perubahan cuaca yang semakin tidak terduga ini untuk menjaga kelangsungan usaha pertanian kami," ungkap salah satu petani sawit di Bengkulu, Bambang, dengan nada khawatir.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan