Harianbengkuluekspress.id - Debu batu bara Teluk Sepang kian hari kian mengkhawatirkan. Ada seorang warga bernama Upik Lela (58), warga RT 14 Kelurahan Teluk Sepang harus dilarikan ke rumah sakit lantaran didiagnosa menderita radang paru-paru. Derita yang dialaminya itu sudah berlangsung sejak Agustus 2023.
Ia mengatakan, pada 5 Agustus 2023, dirinya pernah dilarikan ke rumah sakit DKT Bengkulu, akibat sesak nafas yang diderita. Selanjutnya, pada 8 November 2023 lalu ketika Posko Lentera melakukan pemeriksaan, dirinya bersama 41 orang lainnya dinyatakan mengalami penyakit gangguan pernapasan. Puncaknya pada 2 Mei 2024, dia kembali dilarikan ke Rumah Sakit Gading Medika. Berdasarkan pemeriksaan dokter, dirinya didiagnosa mengalami Dyspnea PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik). Salah satu penyebab penyakti ini adalah polusi udara akibat batu bara.
"Saya tinggal tidak jauh dari stockpile batubara dan PLTU batu bara. Sejak beroperasinya PLTU batu bara lalu lintas kendaraan yang mengangkut batubara meningkat secara drastis," kata Upik Lela, Kamis, 16 Mei 2024 pada BE.
Selain itu, ia mengatakan, bukan hanya berimbas pada kesehatan, akibat pabrik batu baru tersebut, jalanan menjadi rusak dan penuh dengan debu pada saat kemarau dan berlumpur pada saat hujan.
BACA JUGA:Hewan Kurban Wajib Disertakan SKS, Ini Kegunaannya Bagi Peternak
"Jarak rumah saya dengan pabrik batu bara ini hanya berjarak 125 Meter dari stokpile, tentu sangat terasa imbasnya," ungkapnya.
Manager Kampanye Energi Kanopi Hijau Indonesia Provinsi Bengkulu, Cimbyo Layas Ketaren menyatakan, lalu lintas angkutan batu bara telah membuat wilayah jalan yang digunakan warga Teluk Sepang diselimuti debu batu bara. Sementara, stockpile dengan jumlah 19 tumpukan yang menumpuk sepanjang 2,3 KM tidak dikelola secara benar.
"Tumpukan batu bara dibiarkan terbuka. Akibatnya adalah terjadi pelepasan panas akibat swabakar. Serta saat hujan menimbulkan air tirisan yang bercampur senyawa batu bara, air tirisan ini akan mencemari tanah dan sumur warga," terang Cimbyo.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan tim Posko Lentera, jalan dari Pelindo sampai ke stockpile kondisinya rusak parah serta banyak debu beterbangan. Begitupun dengan tumpukan batu bara, kondisinya dibiarkan terbuka tanpa penutup tanpa drainase. Situasi ini dapat dipastikan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan dan berakibat buruk terhadap kesehatan kaum rentan yang tinggak di Teluk Sepang.
BACA JUGA: Cegah Kekerasan Perempuan dan Anak, Dinas P3AP2KB Laksanakan Kegiatan Ini
"Kami juga melakukan pemantauan terhadap aktivitas PLTU batu bara melalui panduan RKL/RPL PLTU batu bara Teluk Sepang, kami melihat bahwa FABA dibuang secara sembarangan. FABA merupakan abu hasil pembakaran batu bara. Abu ini mengandung senyawa Silika, NoX dan SoX yang daoat gangguan pernapasan dan kerusakan paru paru," kata Cimbyo.
Karena, ditambahkannya, pengelolaan lingkungan yang buruk akan berdampak terhadap kaum rentan, kaum rentan tersebut adalah kelompok orang dengan usia lanjut dan anak. Dapat dibayangkan nasib 783 anak dan 500 lebih lansia dari total jumlah penduduk 3.549 orang di Teluk Sepang, mereka akan menjadi korban pertama dari buruknya model kelola lingkungan.
"Tak ada harapan baik dari tumbuh kembang anak dari daerah yang lingkungannya kotor. Mereka akan menghabiskan energi untuk melawan serangan dari penyakit, sementara manula yang memang sudah rentan akan terpapar berbagai penyakit," demikian paparnya. (Bhudi Sulaksono)