Harianbengkuluekspress.id - Kenaikan harga tiket pesawat berpotensi menjadi kenyataan menyusul pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang semakin signifikan.
Pada hari Senin, 24 Juni 2024, rupiah tercatat menyentuh level Rp16.465 per dolar AS, memicu kekhawatiran di berbagai sektor ekonomi, termasuk industri penerbangan.
Pengamat Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu, Dr. Ansori Tawakal SE MM mengungkapkan, bahwa hampir seluruh biaya operasional maskapai penerbangan, seperti sewa pesawat, perawatan, suku cadang, dan asuransi, dibayar dalam mata uang dolar AS.
"Pelemahan rupiah tentu akan meningkatkan beban operasional maskapai yang berujung pada potensi kenaikan harga tiket pesawat," jelas Ansori, Senin, 24 Juni 2024.
Tidak hanya biaya operasional, pelemahan rupiah juga berpotensi menaikkan biaya bahan bakar avtur, yang merupakan komponen penting dalam industri penerbangan.
BACA JUGA:PAD Pasar Belum Maksimal, Ini Penyebabnya Menurut Sekretarus Disperdagrin Kota Bengkulu
"Kenaikan biaya avtur dapat memberikan dampak berantai terhadap harga tiket, baik penerbangan domestik maupun internasional," tambah Ansori.
Ansori juga menyarankan pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah strategis guna mengatasi pelemahan rupiah dan meminimalkan dampaknya terhadap sektor penerbangan.
"Pemerintah perlu berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan menjaga kestabilan harga tiket pesawat," sarannya.
Selain itu, pelemahan rupiah ini juga dinilai bisa mengurangi minat wisatawan asing untuk berkunjung ke Bengkulu.
"Dengan tiket yang lebih mahal, wisatawan mungkin akan berpikir dua kali untuk datang ke Bengkulu, yang tentu berdampak pada sektor pariwisata," tutup Ansori.
Di sisi lain, masyarakat yang sering melakukan perjalanan udara mulai merasa was-was dengan potensi kenaikan harga tiket ini.
Seorang penumpang, Rina, menyatakan kekhawatirannya.
"Jika harga tiket naik, tentu akan memberatkan, terutama bagi kami yang sering bepergian," ujarnya.