Pembangkit Energi Terbarukan Terancam Mati Suri, Ini Isi Buku Hasil Riset Kanopi Hijau Indonesia

IST/BE Sejumlah tamu undangan hadir dalam peluncuran buku hasil riset Kanopi Hijau Indonesia di Hotel Santika, Selasa 25 Maret 2025.--
Harianbengkuluekspress.id - Transisi energi di Provinsi Bengkulu menunjukkan wajah buram. Sejumlah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dulu menjadi tumpuan pasokan energi kini terancam mati suri.
Kondisi ini terungkap dalam buku hasil riset Kanopi Hijau Indonesia berjudul "Analisis Ancaman Keberlanjutan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Provinsi Bengkulu", yang diluncurkan Selasa, 25 Maret 2025.
Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar menjelaskan kepada BE, Rabu, 26 Maret 2025, dalam buku yang baru dirilis, ada dua PLTA yakni PLTA Musi di Kabupaten Kepahiang dan PLTA Tes di Kabupaten Lebong, yang dulunya menjadi tulang punggung energi di Bengkulu dan sebagian Sumatera Selatan, kini hanya menjadi penopang. Kondisi ini terjadi sejak hadirnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara Teluk Sepang yang menjadi prioritas utama pemerintah dalam pemenuhan energi.
Selain PLTA, empat PLTS yang dibangun di beberapa daerah di Bengkulu juga mengalami nasib serupa. PLTS di Sumber Makmur dan Gajah Makmur, Kabupaten Mukomuko, serta di Banjar Sari dan Kahyapu, Pulau Enggano, kini rusak dan terbengkalai. Padahal, saat masih beroperasi, PLTS tersebut mampu menerangi ratusan rumah warga di wilayah terpencil.
BACA JUGA:SK PPPK Dibagikan Usai Lebaran, Ini Keterangan Kepala BKPSDM Kota Bengkulu
BACA JUGA:Wings Air Buka 3 Rute Penerbangan Baru, Bupati Mukomuko Sambut Antusias
"Kami berharap peluncuran buku ini bisa menjadi media untuk membangun kesadaran publik dan memperkuat kampanye transisi energi yang seharusnya berbasis komunitas, bukan terpusat," kata Ali.
Ali menambahkan, diskusi dalam peluncuran buku ini juga melibatkan masyarakat, media, mahasiswa, perwakilan pemerintah, dan lembaga non-pemerintah. Tujuannya untuk mendapatkan masukan demi mempercepat transisi energi berkelanjutan di Bengkulu yang adil dan partisipatif.
"Dengan hadirnya buku ini kami berharap semua pihak bisa mendapatkan masukan demi mempercepat transisi energi berkelanjutan di Bengkulu yang adil dan partisipatif," imbuhnya.
Adityo Ramadhan dari Universitas Bengkulu yang turut mengulas buku tersebut mengatakan, salah satu temuan penting dalam buku ini adalah ancaman terhadap keberlanjutan PLTA akibat alih fungsi hutan.
BACA JUGA:Pasar Murah Bantu Ekonomi Rakyat, Harga Jauh di Bawah Pasaran
"PLTA Musi dan PLTA Tes terancam karena rusaknya kawasan hutan yang seharusnya menjadi penyangga ketersediaan air," ujarnya.
Adityo juga menyoroti lemahnya transfer pengetahuan dalam pengelolaan PLTS kepada masyarakat. Ia berharap buku ini bisa disusun menjadi policy brief bagi pemerintah.
"PLTS dibangun lalu diserahkan begitu saja. Ketika rusak, masyarakat tidak punya kapasitas memperbaiki. Ini yang membuat pembangkit terabaikan," tegasnya.