Harianbengkuluekspress.id - Petani kelapa sawit di Bengkulu harus berhati-hati dalam memilih bibit untuk menanam di kebun mereka. Pasalnya, penggunaan bibit kelapa sawit yang tidak unggul bersertifikat dapat berdampak negatif pada produksi TBS kelapa sawit per hektar.
Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, M Rizon SHut MSi, petani kelapa sawit di Bengkulu seharusnya menghindari menanam bibit sawit dari hasil persemaian sendiri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kualitas bibit sawit yang dihasilkan dari persemaian sendiri dengan bibit unggul bersertifikat.
"Secara kualitas antara bibit hasil semai sendiri dengan bibit unggul dari PPKS tentu berbeda, makanya harus dihindari," kata Rizon, Minggu 1 September 2024.
Bibit kelapa sawit unggul bersertifikat, seperti merek Simalungun, Yangambi, dan Sriwijaya, telah terbukti mampu memproduksi buah sawit dalam jumlah besar. Bahkan, dalam satu hektar lahan, bibit-bibit ini dapat menghasilkan minimal 4 ton TBS kelapa sawit. Sementara itu, bibit yang disemai mandiri hanya mampu menghasilkan maksimal 800 kilogram dan dalam kondisi terbaik, bisa mencapai 1 ton per hektar.
BACA JUGA: Populasi Harimau Terancam Berkurang, Segini Jumlahnya di Bengkulu Saat Ini
BACA JUGA:DLH Awasi Limbah B3, Ini Perusahaan Penghasil Limbah Berbahaya di Bengkulu
"Investasi dalam bibit kelapa sawit unggul bersertifikat adalah langkah bijak yang akan memberikan hasil yang berlipat ganda bagi petani kita," kata Rizon.
Para petani di Bengkulu perlu menyadari bahwa pilihan bibit kelapa sawit adalah faktor kunci dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka. Dengan mengadopsi bibit unggul bersertifikat, mereka dapat meningkatkan hasil panen kelapa sawit mereka secara signifikan.
"Kita terus anjurkan pakai bibit unggul bersertifikat, untuk apa punya kebun sawit luas kalau bibitnya tidak unggul, buang-buang energi saja, karena hasil tidak maksimal dan pohon kelapa sawit rentan tidak berbuah," imbuhnya.
Selain itu, Rizon juga telah mengambil langkah-langkah untuk mendukung petani dalam mendapatkan akses ke bibit kelapa sawit unggul bersertifikat. Bahkan pemerintah provinsi Bengkulu rutin membagikan bibit sawit bersertifikat ke petani sawit di daerah ini.
BACA JUGA:Lomba Mewarnai Rebut Tiket ke Bali, 500 Anak PAUD Lomba di Bencoolen Mall
"Itu kami lakukan untuk membantu petani di Bengkulu meningkatkan kesejahteraan mereka dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah," pungkasnya.
Meskipun pemerintah telah menetapkan harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di Bengkulu pada periode Agustus 2024 sebesar Rp 2.700 per kilogram, kenyataannya di lapangan harga yang diterima petani jauh lebih rendah. Rata-rata harga TBS di tingkat petani hanya berkisar antara Rp 2.450 hingga Rp 2.550 per kilogram. Perbedaan ini menimbulkan banyak pertanyaan dari para petani sawit di Bengkulu, terutama mereka yang tidak bermitra dengan perusahaan besar.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, M. Rizon SHut MSi menjelaskan, harga TBS kelapa sawit yang ditetapkan oleh pemerintah cenderung stabil. Sehingga petani bisa menjual TBS kelapa sawit dengan aman.
"Penetapan harga TBS cenderung stabil, tidak meningkat atau menurun signifikan. Sehingga, para petani yang menjual TBS berdasarkan penetapan harga ini, cenderung aman," kata Rizon, Minggu 1 September 2024.