Harianbengkuluekspress.id - Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Hidayah atau PDAM mulai mendapatkan keluhan dari masyarakat. Pasalnya, akhir-akhir ini tak jarang air yang disalurkan ke ledeng masyarakat tak jernih lagi alias keruh. Selain itu, distribusi air juga kerap mati sehingga menganggu aktifitas masyarakat dalam kebutuhan rumah tangga.
Kepala Bagian Instalasi Pengolahan Air kelurahan Surabaya, Hariansyah mengatakan kepada BE, Sabtu, 5 Oktober 2024, penyebab air keruh ada beberapa faktor, seperti tingginya pencemaran sungai dan keterbatasan kemampuan alat PDAM dalam mengolah air.
"Banyak faktor kendala kita, apalagi sudah masuk musim hujan yang membuat kondisi air sungai menjadi keruh. Sedangkan alat kita memiliki keterbatasan untuk menjernihkannya," ujar Hariansyah.
PDAM juga sering mengambil sampel air untuk melihat tingkat kekeruhan. Rata-rata tingkat kekeruhan mencapai 25 ribu NTU, sedangkan batas kemampuan mesin pengolahan PDAM hanya 1000 NTU. Meski tetap diolah maka air yang didistribusikan ke masyarakat akan berwarna coklat atau keruh. Sehingga, pihaknya harus mengurangi jumlah air bersih yang didistribusikan tersebut. Hal ini yang menyebabkan air PDAM sering mati.
BACA JUGA:Tips Agar Tetap Makan Enak Dan Berat Badan Turun
BACA JUGA:Kebenaran Hadis Nabi Muhammad 1.400 Tahun Lalu Terkait Konflik di Timur Tengah, Pandangan Ahli
"Jadi ada ambang batas kandungan lumpur di dalam air yang bisa kami olah. Jika melebihi kapasitas pengolahan kami maka terpaksa debit air yang disalurkan ke masyarakat tidak maksimal, karena sebagian air yang mengendap bersama lumpur harus dibuang," ungkapnya.
Sejak dulu hingga sekarang kualitas air baku menjadi kendala utama, sehingga pendistribusian tidak maksimal. Pencemaran limbah karet, batu bara dan sampah hampir terjadi setiap pagi. Dalam hal ini pihaknya tidak bisa berbuat banyak, karena penanganan atau penindakan terhadap limbah dihulu sungai itu merupakan kebijakan Pemerintah Daerah.
Mengatasi penjernihan air, salah satu cara lainnya dengan memperbanyak bahan kimia penjernih air atau tawas. Meski tidak terlalu membahayakan bagi kesehatan masyarakat, namun saat air tersebut digunakan untuk mandi maka terasa sedikit lengket ditubuh dan sebagai orang justru merasa tidak nyaman akan hal itu.
"Kami lebih memilih memperkecil debit air yang disalurkan ke masyarakat, namun hal ini paling berdampak kepada wilayah yang jauh dari instalasi pengolahan," pungkasnya. (Medi Karya Saputra)