Harianbengkuluekspress.id- Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, memiliki potensi wakaf yang sangat besar, mencapai ratusan triliunan rupiah.
Oleh karena itu, Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan "Giwang Emas 2045" pada Indonesia Sharia Economic Festivao (ISEF) 2024 di JCC, Jakarta Sabtu 2 November 2024.
Giwang Emas 2024 merupakan kepanjangan dari Gerakan wakaf uang menuju Indonesia Emas 2045. Salah satu alasan diluncurkan Gerakan tersebut karena potensi wakaf di Indonesia besar, yaitu mencapai sekitar 180 triliun rupiah.
Gerakan ini menekankan pentingnya mengoptimalkan wakaf tunai sebagai dana yang dapat terus berkembang untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
"Wakaf tunai merupakan wakaf yang bergerak dan manfaatnya berkelanjutan bagi masyarakat." Ungkap Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Waryono Abdul Ghafur.
Dengan pengelolaan yang baik olehpara nadzir, dana wakaf ini akan terus berkembang dan memberikan dampak yang signifikan bagi para penerima manfaat, terutama dibidang pendidikan dan kesejahteraan sosial, yang menjadi fondasi untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
BACA JUGA:Mukomuko Bangun Ruang Terbuka Hijau, Kegiatan Dimulai, Segini Anggaran dan Lokasinya,
BACA JUGA:Menghilangkan Flek Membandel, 10 Manfaat Daun Pepaya Muda Untuk Kecantikan
Waryono menekankan bahwa alokasi wakaf uang dapat membantu mendukung pendidikan anak bangsa agar mereka mampu berkontribusi pada posisi strategis di negeri ini.
"Generasi penerima manfaat wakaf dapat menjadi calon pemimpin masa depan yang memperkuat posisi Indonesia di kancah global," ungkapnya. Seraya menambahkan korelasi antara visi besar Indonesia Emas dengan pengembangan potensi wakaf di Indonesia.
Dalam pengelolaan dana wakaf , pihaknya akan memastikan peran Badan Wakaf Indonesia sebagai Lembaga yang memastikan akuntabilitas an transparansi. Dan pihaknya mendukung BWI membenntuk Lembaga pengawasan untuk meningkatkan kepercayaan publik.
mengajak seluruh masyarakat untuk ikut serta dalam gerakan wakaf, sekecil apapun kontribusinya. Ia mencontohkan kesuksesan wakaf pendidikan di Universitas Al-Azhar, Mesir, yang mampu menopang krisis keuangan negara, serta contoh di dalam negeri, di mana wakaf telah menghasilkan fasilitas pendidikan dan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin, bahkan sebelum adanya program jaminan kesehatan seperti BPJS.
Sebagai langkah strategis lanjutan, ia menegaskan bahwa gerakan wakaf ini harus terus digelorakan dan dijalankan. "Gerakan ini tidak boleh berhenti pada peluncuran saja, tukansya. (**)