BENGKULU, BE - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar teater mengambil lakon Roro Jonggrang. Pertunjukan teater seni itu berlangsung di Benteng Marlborough, Sabtu (25/11) malam. Lakon Roro Jongrang tersebut dibawakan oleh Teater KOMA, salah satu kelompok seni teater di Indonesia yang sudah cukup tua dan terkenal. Teater Koma berdiri tahun 1977 sudah dan sudah mengeluarkan 229 karya seni teater.
Asisten Sutradara, Rangga Riantiarno menyampaikan, lakon Roro Jonggrang yang dibawakan teater koma mengambil latar di Kerajaan Boko. Menceritakan konflik dan dilema Putri Kerajaan Boko Roro Jongrang yang menolak lamarang Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang menolak karena Bandung Bondowoso adalah penjajah dan pembunuh orang tuanya.
"Sebagai seorang perempuan, Roro Jonggrang ingin menunjukkan kemandirian, berhak menolak lamaran siapa saja, punya pendirian kuat sebagai seorang perempuan," jelas Rangga yang juga berperan sebagai Bandung Bondowoso pada cerita tersebut.
Seperti pada cerita legenda Roro Jonggrang, Roro tidak mau dinikahi Bandung Bondowoso. Oleh karena itu dia berniat berbuat curang agar Bandung Bondowoso batal menikahinya. Roro Jonggrang kemudian memberikan syarat kepada Bondowoso agar membuat 1.000 candi dan sumur dalam satu malam. Karena Bandung Bondowoso punya kesaktian, dia menyanggupi permintaan itu. Tetapi saat akan membangun candi ke 999, Roro Jonggrang menyusun rencana agar makhluk halus yang membantu Bondowoso membangun candi gagal melaksanakan tugasnya. Roro meminta penduduk desa menumbuk padi, dan membakar jerami dari arah timur. Dengan cara tersebut seakan-akan subuh sudah dimulai dan matahari sudah mulai terbit. Akibatnya makhluk halus yang membantu Bondowo kembali ketempat persebunyiannya dan candi ke 1.000 gagal diselesaikan.
"Intinya dalam cerita tersebut memperlihatkan strategi dari Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso dengan bantuan makhluk halus atau lelembut Roro Jonggrang dengan strateginya menggagalkan pembuatan candi," imbuhnya.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung, Nurmantias mengatakan, Benteng Marlborough dipilih sebagai tempat pertunjukan karena salah satu cagar budaya nasional. Disisi lain, dulu Presiden Soekarno membentuk beberapa sanggar seni di Bengkulu. Kedepan, tidak hanya lakon Roro Jonggrang saja yang akan dipentaskan. Tetapi mencari tokoh atau pahlawan di Bengkulu yang mampu menginspirasi dan berpengaruh untuk dipentaskan.
"Cagar budaya adalah ruang ekspresi budaya, seperti Benteng Marlborough yang merupakan cagar budaya nasional. Harus ada terobosan baru dan bisa diambil manfaatnya, memberikan destinasi baru dengan mencampurkan karya seni atau pertunjukan dengan cagar budaya," jelas Tias.
Kepala Balai Media Kebudayaan Kemendikbudristek, Retno Raswaty mendukung penuh penyelenggaraan pementasan lakon Roro Jonggrang oleh Teater Koma. Lakon Roro Jonggrang yang dimainkan Teater Koma dipenuhi nilai pelajaran etika serta moral kepada manusia. Diharapkan semua karya seni dari Teater Koma menjadi cakrawala insan seni teater lainnya.
"Semua alur cerita Roro Jonggrang karya Teater Koma menonjolkan kearifan lokal dan kekayaan budaya Indonesia. Lakon Roro Jonggrang garapan Tetaer Koma mampu terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa meninggalkan identitas budaya," jelas Retno.
Pentas seni Roro Jonggrang karya Teater Koma disaksikan ratusan masyarakat. Sekitar 500 tiket disiapkan oleh panitia. Dengan dukungan pemeran yang sangat mahir memerankan lakon masing-masing membuat cerita Roro Jonggrang sangat dinikmati oleh penonton.(167)