Harianbengkuluekspress.id – Aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai, Kota Bengkulu mengalami hambatan serius akibat pendangkalan alur pelabuhan. Sepanjang tahun 2024, hanya tercatat 71 kali kegiatan ekspor melalui pelabuhan ini, angka yang sangat jauh dari potensi sebenarnya.
Kepala Kantor Bea Cukai Bengkulu, Koen Rachmanto mengatakan, pendangkalan alur di Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu menjadi salah satu tantangan utama dalam menghambat ekspor. Bahkan total ekspor tahun 2024 ini tidak sampai ratusan kali.
"Pendangkalan alur sangat mempengaruhi kelancaran aktivitas ekspor. Kapal besar sulit masuk, sehingga kegiatan ekspor terhambat dan hanya 71 kali," ujar Koen, Kamis 26 Desember 2024.
Koen menjelaskan, dari total 71 ekspor yang terjadi, komoditas batu bara mendominasi dengan 64 kali pengiriman. Sementara itu, ekspor kayu hanya tercatat 5 kali, cangkang sawit 1 kali, dan kerupuk 1 kali.
BACA JUGA:Kapal Pesiar Wisatawan Mancanegara ke Bengkulu, Dijadwalkan Tiba pada Momen Akhir Tahun Ini
BACA JUGA:Pendaftar PPPK Capai Ribuan Orang, Ini Dia Rincian Formasinya"Batu bara memang menjadi andalan utama ekspor Bengkulu, namun kontribusi komoditas lainnya masih sangat minim," tambahnya.
Menurut Koen, minimnya kegiatan ekspor di Bengkulu berdampak signifikan terhadap penerimaan negara dari sektor bea keluar. Hingga akhir 2024, penerimaan bea keluar di Bengkulu hanya mencapai Rp 1,48 miliar. Angka ini baru 5,57 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 26,6 miliar.
"Realisasi penerimaan bea keluar sangat rendah. Padahal, jika kondisi pelabuhan optimal, potensi pendapatan bisa jauh lebih besar," terang Koen.
Ia mengaku, Pemerintah Daerah telah mengupayakan sejumlah langkah untuk mengatasi masalah ini, termasuk mengusulkan pengerukan alur pelabuhan. Namun, hingga kini, rencana tersebut masih dalam tahap pembahasan.
"Kami berharap ada langkah konkret dari pihak berwenang. Pelabuhan Pulau Baai punya potensi besar untuk mendongkrak perekonomian Bengkulu, tapi infrastrukturnya harus memadai," pungkasnya.(999)