BENGKULU, BE - Tahun Naga Kayu pada 2024 ini dipercaya memberikan keuntungan atau cuan. Salah satunya berinvestasi di Pasar Modal. Investment Specialist Indo Premier, Indra Pratama mengatakan, tahun 2024 ini akan berbeda dengan tahun 2023 lalu. Karena tahun ini dipenuhi dengan keberuntungan jika ingin berinvestasi. Ada banyak opsi instrumen investasi yang menguntungkan pada 2024 atau Tahun Naga Kayu, salah satunya investasi dalam saham.
"Saham masih tetap jadi instrumen investasi yang baik, karena perusahaan emiten masih produktif. Maka, pilihlah yang berfundamental kokoh supaya tahan krisis. Investasi ini untuk jangka panjang," kata Indra saat dihubungi BE, Minggu 14 Januari 2024.
BACA JUGA:27 Ribu Ha Kebun Sawit Sulit Ikut PSR, Ini Dia Penyebabnya
BACA JUGA:PAD Parkir di Mukomuko Terancam Turun, Imbas Aturan Ini
Ia menilai, saham yang berpotensi meningkat, yakni saham pertambangan. Hal itu dapat terjadi mengingat konflik Rusia dan Ukraina telah membuat permintaan hasil tambang meningkat, seperti batu bara dan nikel. Karena, kedua negara tersebut tidak bisa menyediakannya. Hal tersebut akan menjadi angin segar bagi kondisi pasar modal Indonesia.
"Saham-saham perusahaan tambang cukup cuan pada tahun Naga Kayu ini, jadi kalau investor mau beli saham saya sarankan membeli pada industri pertambangan," ujarnya.
Selain saham perusahaan pertambangan, Indra memperkirakan saham perusahaan CPO diperkirakan akan mampu mendulang cuan pada tahun 2024 ini. Sebab harga CPO pada tahun ini diperkirakan akan meroket seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO di luar negeri.
"Harga CPO diperkirakan akan meningkat, jadi saham perusahaan CPO bisa dilirik juga," tuturnya.
Selain saham, Ia memprediksi investasi cuan pada tahun 2024 yakni obligasi. Sebab, imbal hasil investasi ini lebih tinggi dibandingkan deposito. Selain itu, secara risiko masih di bawah pasar saham.
"Obligasi negara juga masih bagus, karena imbal hasilnya setelah dikurangi pajak masih berada di atas inflasi. Untuk obligasi swasta harus ekstra hati-hati, pelajari fundamental usaha," tegasnya.
Selain obligasi, menurut Indra, instrumen investasi lainnya yang bisa dipilih yakni reksadana. Reksadana yang berbasis pendapatan tetap bisa menjadi pilihan utama.
"Namun, dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka bagi yang memiliki profil risiko agresif juga bisa memilih untuk berinvestasi di reksadana campuran atau reksadana pasar saham," tutupnya.(999)