Harianbengkuluekspress.bacakoran.co - Kabar mengejutkan datang dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi terkait kondisi hutan di Provinsi Bengkulu.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa luas hutan di Bengkulu berkurang drastis, mencapai 8.306 Hektare hanya dalam kurun waktu satu tahun.
Berdasarkan data KKI Warsi, pada tahun 2022 luasan hutan Bengkulu masih mencapai 653.422 Hektare.
Namun, pada tahun 2023, angka tersebut turun drastis menjadi 645.116 Hektare atau hanya menyisakan 32 persen dari total luas wilayah Bengkulu.
BACA JUGA:Sekda dan Kepala BKD Seluma Bakal Diperiksa Tipikor untuk Klarifikasi Dugaan Kasus Ini
BACA JUGA:GPS Tekan Angka Putus Sekolah, Dikbud Gandeng Baznas untuk Wujudkan Ini
Ketua Komisi I DPRD Provinsi Bengkulu Dempo Xler SIP MAP, menyatakan keprihatinannya atas kondisi ini.
Ia menegaskan bahwa berkurangnya luasan hutan merupakan ancaman serius bagi ekosistem hutan dan kelestarian alam Bengkulu.
"Dampak dari hilangnya hutan ini bukan hanya pada hilangnya sumber daya alam, tetapi juga potensi bencana alam seperti banjir dan longsor," ungkap Dempo kepada BE, Minggu, 28 Januari 2024.
Bengkulu sendiri merupakan daerah yang rawan bencana, terutama banjir. Bencana ini sering melanda Kota Bengkulu, Bengkulu Tengah, dan Bengkulu Utara dan beberapa kabupaten lainnya.
Oleh karena itu, Dempo mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu untuk segera mengambil langkah tegas dalam mengatasi hilangnya hutan dan dampak-dampak yang ditimbulkannya.
BACA JUGA:30 TPS Blank Spot, Begini Penjelasan Ketua KPU Kaur
"Pemerintah perlu menindak tegas pihak-pihak yang melakukan perusakan hutan dan melakukan upaya serius untuk rehabilitasi dan reboisasi hutan yang telah rusak," tegasnya.
Menurutnya, berkurangnya hutan di Bengkulu merupakan masalah serius yang harus segera dibenahi. Jika tidak, maka bukan hanya kelestarian alam yang terancam, tetapi juga keselamatan masyarakat.
"Saya sudah sering sampaikan, evaluasi semua izin HGU di Bengkulu. Karena rata-rata bermasalah. Ini juga bagian ancaman kelestarian hutan kita yang terus rapuh," ujar Dempo.