Harianbengkuluekspressbacakoran.co - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bengkulu beberapa waktu lalu menurunkan tim untuk mengecek laporan masyarakat yang mengaku terdampak limbah bekas makanan salah satu rumah makan di kawasan Jalan S Parman, Kota Bengkulu. Dari pengecekan yang dilakukan tim dari DLH memang benar rumah makan tidak melakukan pengelolaan limbah dengan benar. Sehingga limbah bekas cucian ikan, nasi, hingga minyak menimbulkan aroma tidak sedap. Pihak yang paling terdampak dari limbah itu usaha cucian mobil dan laundry yang tepat berada di belakang rumah makan tersebut.
Setelah tim dari DLH datang, pihak rumah makan kemudian memperbaiki saluran pembuangan limbah rumah makan. Mereka juga terlihat menimbun siring yang sebelumnya penuh dengan limbah menggunakan semen. Hal tersebut disampaikan Kepala DLH Kota Bengkulu, Riduan SIP.
"Memang benar sarana pengelolaan limbah tidak tepat sehingga menimbulkan aroma tidak sedap. Tetapi setelah tim dari DLH turun memberikan bimbingan, pihak rumah makan berupaya melakukan perbaikan resapan drainase sehingga saat limbah keluar layak untuk dibuang ke parit," jelas Riduan.
Salah satu warga yang terdampak, Yovi Al Ulalema mengatakan, kejadiannya sekitar bulan Desember 2023 lalu. Sebelum pihak rumah makan menimbun siring pembuangan limbah aroma limbah rumah makan sangat menyengat. Limbah itu terdiri dari minyak, nasi, bekas cucian ikan, cucian piring dan limbah rumah makan lain. Hal tersebut berlangsung selama 2 bulan sebelum akhirnya diperbaiki.
BACA JUGA:Pilkada Seluma Terancam Terganggu, Berikut Penyebabnya
BACA JUGA:Kajati Apresiasi Kinerja Kejari Kaur, Begini Prestasinya
"Sebelum ditimbun, aromanya menyengat, limbah rumah makan, dinding sampai rusak. Jadi rumah makan ini belum ada pembuangan, jadi limbahnya di buang ke belakang tempat usaha saya," jelasnya.
Lebih lanjut Yovi mengatakan, akibat dampak dari limbah tersebut sumur yang hanya berjarak 5 meter airnya terdampak. Sebelumnya air tidak pernah berbau dan bisa dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Setelah pencemaran tersebut air belum bisa dikonsumsi. Bahkan saat limbah belum ditindak lanjuti, air sumur berwarna hijau dan aromanya berubah, tidak tawar.
"Selain rumah dan tempat usaha, ada 3 sampai 4 rumah lain, tetapi yang paling terdampak rumah dan tempat usaha kami," tutup Yovi.
Sejauh ini pemilik restoran tersebut belum berhasil dikonfirmasi. (Rizki Surya Tama)