Jembatan Tak Kunjung Dibangun, DPRD Desak Pemda Benteng Melakukan Ini
Ketua DPRD Benteng, Fepi Suheri--
Harianbengkuluekspress.id - Setelah mengalami kerusakan selama kurang lebih 3 tahun, jembatan di Desa Penanding, Kecamatan Karang Tinggi, Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) masih belum diperbaiki.
Padahal, jembatan tersebut merupakan akses penting bagi warga, terutama untuk mengangkut hasil perkebunan serta jalur menuju wilayah Kecamatan Semidang Lagan.
Ketua DPRD Benteng, Fepi Suheri menyoroti lambatnya penanganan kerusakan jembatan itu. Ia mendesak Bupati Benteng agar memerintahkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk segera melakukan koordinasi dan menjemput bola ke pemerintah pusat guna memperjuangkan anggaran perbaikan jembatan di Desa Penanding.
Menurut Fepi, kondisi APBD Kabupaten Benteng tahun depan masih belum memungkinkan untuk membiayai pembangunan jembatan tersebut secara mandiri. Sebab itu, perjuangan untuk mendapatkan dana pusat menjadi langkah yang wajib dilakukan Pemda Benteng.
"Saya minta OPD terkait jangan hanya diam. Harus jemput bola ke pemerintah pusat karena APBD kita tidak mampu membangun jembatan itu. Ini harus diperjuangkan," tegas Fepi.
BACA JUGA:Bupati Fikri Hadiri Peluncuran Program Nasional Jaksa Garda Desa di Bengkulu
BACA JUGA:Daun Katuk Dinilai Ampuh Membantu Samarkan Flek Hitam, Kandungan Alaminya Jadi Sorotan
Selanjutnya, Fepi menuturkan, Dinas PUPR maupun BPBD dipersilakan untuk berkoordinasi ke pusat. Yang terpenting, langkah nyata harus segera dilakukan, bukan hanya sebatas wacana.
Fepi menegaskan bahwa pembangunan kembali jembatan Penanding harus direalisasikan pada tahun 2026. Warga telah menunggu cukup lama dan sangat bergantung pada keberadaan jembatan tersebut.
"Bagaimanapun caranya, jembatan itu harus dibangun. Ini adalah aspirasi masyarakat, dan kami berharap tahun 2026 pembangunannya dapat terlaksana," jelasnya.
Untuk diketahui, jembatan Desa Penanding putus pada Agustus 2022 akibat diterjang arus sungai yang meluap saat hujan deras.
Meluapnya air sungai menyebabkan arus kuat yang menghanyutkan jembatan tersebut hingga putus total. Karena tak ada jembatan penghubung, warga terpaksa menggunakan rakit yang disiapkan di tepi sungai.(bakti)