Wayang Kulit PMJB Bertabur Hadiah, Bakal Dihadiri Gubernur dan Menteri Ini

Ketua PJMB yang juga Hakim Agung, Prof Dr H Yanto SH MH akan menjadi dalang wayang kulit yang digelar di kampus 4 UMB, Jumat, 14 Juni 2024 malam.-Istimewa/Bengkulu Ekspress-

Sementara itu, pihak Pendowo menghendaki Gatutkoco yang menjadi penguasa Pringgodani.  Maka terjadilah persaingan antara Ngestino dan Amarta.

Mereka berebut pengaruh atas Pringgodani. Beberapa bentrokan kecil lantas pecah hingga akhirnya Gatutkoco  bertarung melawan Arimboko, sepupunya sendiri. 

Gatutkoco kemudian berhasil memenangkan perkelahian mengakibatkan Arimboko tewas di tangannya sehingga Gatutkoco pun menjadi penguasa wilayah Pringgodani yang adil dan bijaksana.

Gatutkoco kemudian menikah dengan Endang Pergiwa, anak dari Arjuna. Jadi, mereka adalah saudara sepupu.

Namun, pernikahan tersebut juga harus melalui perjuangan berat karena Lesmono Mondrokumoro, anak raja besar Ngestino, juga naksir dengan Pergiwa.

Tibalah Perang Baroto Yudo, perang besar trah Baroto. Kedua pihak sejatinya adalah saudara. Pendowo Limo dengan Kurowo adalah saudara sepupu.

Suatu hari, Sri Kresno menunjuk Gatutkoco menjadi senopati. Tugasnya, yaitu memimpin pasukan Amarta melawan pasukan Ngestino di medan tempur di Tegal Kurusetro.

Pihak Ngestino menunjuk Adipati Karno menjadi senopati. Di awal peperangan, Gatutkoco yang sakti mandraguna mampu mengobrak-abrik barisan Ngestino.

Baju Ontokusumo membuatnya kebal dari semua senjata. Hampir saja pihak Kurowo kalah hari itu, tetapi Adipati Karno segera mengambil tindakan.

Adipati Karno memiliki sebuah panah sakti bernama Kunto. Panah ini adalah pemberian dewa dan memang sangatlah sakti.

Panah tersebut mampu mengejar sasarannya ke manapun dia lari. Gatutkoco tahu kalau Kunto adalah satu-satunya senjata yang bisa menewaskannya.

Dia lantas terbang setinggi-tingginya. Namun, panah Kunto terus mengejarnya dan Gatutkoco tidak bisa menghindar. Hidupnya kemudian berakhir karena terkena panah Kunto.(*)

Tag
Share