Ramai Soal Gempa Megathrust, DPRD Minta Pemasangan Alat Deteksi Gempa, Psikolog Ungkap Begini
Petugas BMKG saat menunjukkan kawasan wilayah yang berpotensi terjadinya gempa Megatrush-istimewa/bengkuluekspress-
Harianbengkuluekspress.id- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menyampaikan bahwa bakal terjadi gempa megathrust atau gempa bumi yang berkekuatan besar dan kemungkinan menimbulkan tsunami di beberapa wilayah di Indonesia.
Dikutip dari berbagai sumber, gempa megathrust adalah jenis gempa bumi besar yang terjadi di zona subduksi, yaitu wilayah di mana satu lempeng tektonik menyelam di bawah lempeng lainnya.
Fenomena alam ini berpotensi tsunami yang mematikan, itulah kenapa gempa megathrust ramai di perbincangkan karena dampaknya sangat besar dan perlu dilakukan persiapan serta mitigasi risiko.
BMKG menyoroti dua wilayah yang berpotensi terjadi gempa megathrust, yakni daerah di zona Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Zona megathrust segmen Selat Sunda sebagian terbentang di Selatan Jawa-Bali, sementara zona megathrust Mentawai-Siberut di barat Sumatera.
Terkait hal itu, Anggota Komisi V DPR RI Tubagus Haerul Jaman meminta kepada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprioritaskan pemasangan alat pendeteksi dini gempa dan tsunami di daerah sepanjang Selat Sunda.
BACA JUGA:Pilkada BS, Bawaslu Minta KPU Perlakukan Sama Semua Cakada, Ini Alasannya
BACA JUGA:Korban Banjir Batu Kuning Terima Bantuan, Ini Paketnya
Ia menegaskan bahwa pemasangan alat deteksi dini tersebut tetap harus menjadi prioritas di tengah keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh BMKG.
"Walaupun dengan keterbatasan yang ada, tentu ini jadi prioirtas juga karena nyawa manusia tidak bisa di apa, segalanya sangat penting menurut kami," katanya.
Anggota DPR dari fraksi Partai Golkar ini pun berharap anggaran BMKG bisa bertambah saat pembahasan dengan badan anggaran (banggar) nantinya. Sehingga, pengadaan alat deteksi dini gempa dan tsunami tersebut bisa dipasang di daerah-daerah yang disebut rawan.
Dengan memahami risiko dan mengambil langkah-langkah pencegahan, masyarakat dapat lebih siap menghadapi kemungkinan bencana ini.
Sementara itu psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Annisa Mega Radyani menyampaikan kecenderungan orang dalam merespons informasi risiko bencana alam serta langkah-langkah bijak saat menerima sebuah informasi.
"Ketika kita menghadapi (situasi) kritis, biasanya orang-orang memiliki empat cara pikir," kata Annisa