Karyawan PT Agricinal Alami Intimidasi, Operasional Perusahaan Terganggu
FMBP menjadikan Ibu - ibu sebagai tameng dalam mengintimidasi karyawan pemanen PT Agricinal agar tidak ada perlawanan dari pihak Karyawan.-Jos Hendri/Bengkuluekspress-
Harianbengkuluekspress.id- Situasi kerja di PT Agricinal di Kecamatan Puteri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara kian memprihatinkan setelah aktivitas karyawan terganggu oleh intimidasi dari sekelompok masyarakat yang tergabung dalam Forum Masyarakat Bumi Pekal (FMBP). Akibatnya kegiatan operasional perusahaan menjadi terganggu.
Direktur Utama PT Agricinal, Immanuel Manurung mengatakan, banyak karyawan PT Agricinal mengalami intimidasi dari FMBP.
Mereka dilarang keluar masuk ke area HGU perusahaan. Sehingga membuat seluruh kegiatan operasional mulai dari pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit hingga pengolahan CPO menjadi terganggu.
"Banyak karyawan perusahaan merasa terintimidasi dan tidak berani melakukan tugas mereka dengan baik. Situasi ini sangat berdampak pada kegiatan operasional perusahaan kami," ungkapnya, Jumat 13 Desember 2024.
BACA JUGA:PT Agricinal Bantah Ingkar Janji, Masyarakat Minta Tunjukkan Sertifikat HGU Terbaru
BACA JUGA:Konflik PT Agricinal dan Masyarakat Masih Berlanjut, Perusahaan Dinilai Tak Tepati Janji
Ia mengaku, FMBP melakukan aksi intimidasi mulai dari karyawan bagian hulu hingga hilir. Pada bagian hulu, mereka melarang karyawan memanen TBS kelapa sawit di HGU perusahaan. Bahkan hasil produksi TBS yang telah dipanen karyawan disita paksa dan dibawa.
Kemudian pada bagian hilir, melarang karyawan bagian pengolahan TBS menjadi CPO hingga karyawan bagian lainnya untuk bekerja. Sehingga membuat mereka takut untuk datang ke tempat kerjanya.
"Karyawan dihalangi, diperiksa, dan diintimidasi saat keluar-masuk area HGU perusahaan. Ini jelas mengganggu aktivitas harian,” tambah Immanuel.
FMBP dikabarkan telah memblokade akses masuk dan keluar PT Agricinal, yang semakin memperparah situasi. Kondisi ini memaksa perusahaan menghentikan sementara beberapa aktivitas operasional penting.
"Operasional perusahaan terhambat, bahkan kami tidak bisa melakukan penjualan CPO hasil olah pabrik. Tentu kerugian semakin besar akibat tindakan seperti ini,” jelas Immanuel.
Tidak hanya itu, seluruh karyawan telah mengeluhkan tindakan yang dilakukan FMBP. Mereka saat ini kesulitan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Para pekerja dan karyawan perusahaan hanya ingin bekerja untuk mencari nafkah, tapi situasi seperti ini membuat mereka khawatir dan takut setiap hari. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” katanya.
Selama blokade berlangsung, pihak perusahaan terus berusaha melakukan dialog. Pemerintah melalui tingkat Kecamatan hingga Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara dengan Forkopimda, juga telah turun tangan membantu untuk melakukan mediasi. Namun hingga kini, blokade dan intimidasi terus berlangsung.