BI Bengkulu Ajak 26 Orang Jurnalis Mengulik Secara Langsung Success Strory dan Proses Bisnis UMKM Binaan BI
Ist/BE BANK INDONESIA PROVINSI BENGKULU : 26 orang Jurnalis Bengkulu yang ikut dalam gelaran Capacity Building Jurnalis Bengkulu 2024. Pelatihan Menulis Berita Ekonomi dengan tema "Sinergi Memperkuat Komunikasi Kebijakan Bank Indonesia di Daerah" di Kabup--
BACA JUGA:Smartphone Vivo V30, Segini Harga dan Spesifikasinya
Program kemitraan yang dibangun oleh Parman, tidak hanya membantu puluhan petani aren, tetapi juga memudahkan usaha Sari Aren mendapatkan pasokan bahan baku gula semut. Meski begitu, tidak semua bahan baku gula semut dari petani bisa diterima. Sebab, usaha yang telah berdiri selama 14 tahun ini, hanya menerima gula aren batok yang memiliki warna merah bata atau kuning serta bertekstur kering.
"Sesuai SOP, kami hanya menerima dan membeli gula aren batok dari petani yang memenuhi kriteria khusus seperti memiliki warna merah bata atau kuning dan bertekstur kering," kata mantan petani dan pengrajin gula aren batok ini.
Menurut Parman, gula aren batok yang memenuhi kriteria khusus sangat mudah untuk diproduksi menjadi gula semut. Bahkan dengan bantuan tenaga kerja kurang lebih 6 orang, dalam sehari usahanya bisa memproduksi gula semut sebanyak 250 kilogram hingga 500 kilogram.
"Dengan produksi segitu, kami bisa mengantongi omzet Rp 70 juta hingga Rp 120 juta perbulan," tambah Parman.
BACA JUGA:Bank Muamalat Targetkan Pembiayaan Multiguna Naik Tajam Segini
Omzet puluhan hingga ratusan juta rupiah yang dikantongi oleh Parman berasal dari penjualan gula semut Sari Aren kemasan 200 gram, 400 gram, dan 1 kilogram. Dimana setiap kemasan dihargai mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 35 ribu.
"Selain itu, kami juga menjual gula semut sachet kemasan 8 gram, gula aren cair, gula aren batok premium serta gula semut dengan varian rasa seperti rasa jahe merah, kopi, dan kedelai," imbuh Owner PT Sari Aren Group ini.
General Manager PT Sari Aren Group sekaligus putra kandung bapak Parman, Embang Novianto menambahkan, selain memberikan omzet yang besar bagi perusahaan, usaha Sari Aren ini juga berhasil meningkatkan pendapatan petani aren di Desa Air Meles Atas. Bahkan rata-rata pendapatan harian mereka saat ini telah mencapai Rp 100 ribu atau meningkat dari sebelumnya yang hanya Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu.
"Sejak kami melakukan inovasi gula aren batok menjadi gula semut nilai ekonomisnya bertambah, kemudian pendapatan petani meningkat dari awalnya Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu per hari menjadi Rp 100 ribu per hari," ujar Emba.
BACA JUGA: Daihatsu Ayla Setia Temani 290 Ribu Pelanggan Lebih dari 1 Dekade
Meningkatnya pendapatan petani aren di Desa Air Meles Atas tentu saja menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Emba dan Bapaknya, karena kerja keras yang mereka lakukan selama ini telah berbuah manis. Walaupun pada awal tahun berdiri, banyak tantangan yang dilalui mulai dari kegagalan hingga harus berkali-kali melakukan riset demi menciptakan gula semut berkualitas.
"Usaha Sari Aren ini pada awal berdiri masih dilakukan manual tanpa bantuan mesin, sehingga tidak selalu berjalan mulus. Saya dan bapak harus melakukan riset berkali-kali sebelum akhirnya berhasil menciptakan gula semut berkualitas," tutur Emba sambil menangis haru.
Seiring berjalannya waktu, Emba merasa, usahanya tidak mungkin dilakukan terus secara manual. Karena selain tidak efektif dan efisien, hasilnya juga kurang maksimal. Emba bersama Bapaknya kemudian mengajukan proposal bantuan mesin ke Dinas Perindustrian Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2010. Kabar baiknya, proposal tersebut disetujui. Sehingga usaha Sari Aren berhasil mendapatkan bantuan satu paket mesin pengolahan gula semut mulai dari mesin perajang, mesin pengopen, mesin penggiling, dan mesin pengayak.
"Kami bersyukur karena bisa mendapatkan bantuan mesin dari pemerintah daerah. Bantuan mesin itu adalah langkah awal dari keberhasilan usaha ini," ujar Emba.