Kasus Gigitan HPR Masih Tinggi, Dinkes Siapkan Ini
RENALD/BE Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Budi Syahputra SKM MSi--
KOTA MANNA, BE - Kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) di Bengkulu Selatan (BS) masih cukup tinggi. Sebab, dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) BS, sejak Januari hingga September lalu ada sebanyak 211 kasus gigitan HPR kepada manusia.
Kepala BS, Didi Ruslan SKM, MSi melalui Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Budi Syahputra SKM MSi menyampaikan rata-rata di setiap bulannya ada belasan kasus gigitan HPR kepada manusia sepanjang tahun 2023. Tercatat untuk kasus terbanyak pada Agustus lalu dengan jumlah 44 kasus gigitan HPR kepada manusia.
“Untuk gigitan HPR kepada manusia memang masih tinggi di BS. Namun, meskipun begitu tidak ada satu pun yang dinyatakan positif rabies pada kasus gigitan HPR tersebu karena langsung ditangani oleh tim medis untuk diberikan vaksin anti rabies (VAR),” ujar Budi kepada BE saat di temui di ruang kerjanya, Selasa (31/10).
Lebih lanjut, Budi menyampaikan BS sangat serius dalam menangani gigitan HPR kepada manusia. Sebab, BS sendiri telah menyiapkan ratusan VAR untuk penanganan adanya gigitan HPR pada manusia. Sehingga jika ada masyarakat di BS yang digigit HPR dapat ditangani cepat agar tidak menyebabkan kasus positif rabies. Hal tersebut dilakukan mengingat sampai saat ini belum ada obat penyembuh rabies secara pasti tanpa adanya penanganan medis cepat, berupa VAR.
“Kita BS pada tahun 2023 ini mengadakan VAR sebanyak 300 VAR. Tidak hanya itu kita juga dibantu suplai VAR dari Provinsi Bengkulu sebanyak 200 VAR. Pada tahun lalu kita mengadakan sebanyak 400 VAR,” sampai Budi.
Budi menjelaskan jumlah VAR memang akan disediakan dengan jumlah banyak untuk menangani kasus gigitan HPR kepada manusia. Selain karena kasus gigitan HPR kepada manusia masih tinggi di BS, tetapi memang pemberian VAR juga pada pasien yang mendapatkan gigitan HPR setiap orang akan menerima lebih dari satu VAR.
“Setiap satu orang yang mendapatkan gigitan HPR akan menerima VAR sebanyak 3 hingga 4 VAR. Jadi memang kebutuhan VAR sendiri memang tinggi selai kasusnya juga masih tinggi,” jelasnya.
Untuk di BS sendiri kasus gigitan HPR kepada manusia berasal dari hewan seperti anjing dan kucing. Bahkan, terbanyak kasus gigitan HPR dialami manusia dari hewan jenis kucing, seperti kucing anggora dan persia.
“Kami rasa untuk kasus manusia positif rabies sangat kecil kemungkinannya ada. Sebab selain Pemkab BS menyediakan VAR khusus manusia, Dinas Pertanian BS melalui bidang peternakannya juga rutin memberikan vaksin kepada hewan HPR di BS,” terangnya.
Meskipun begitu, Budi juga meminta masyarakat untuk selalu waspada dengan HPR yang ada di sekitar. Jika ada kasus gigitan HPR kepada manusia harus segera mendapatkan layanan medis untuk mendapatkan VAR, seperti datang ke Puskesmas terdekat.
“Kalau ada gigitan HPR segera lapor ke pihak medis terdekat untuk dapat penanganan cepat, khususnya mendapatkan VAR. Sehingga positif rabies dapat cegah,” pungkasnya. (117)