Dialog dengan Mahasiswa Unihaz
Pendidikan sejatinya dipandang sebagai investasi yang akan memberi return besar di kemudian hari. Hal tersebut ditekankan Capres nomor urut 1, Anies Baswedan saat berdialog dengan mahasiswa Universitas Hazairin Bengkulu.
Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri mencatat, per 2021 jumlah penduduk Bengkulu sebanyak 2,03 juta jiwa pada Juni 2021.
Dari jumlah tersebut, ada 143,56 ribu jiwa (7,06%) penduduk di provinsi tersebut yang berpendidikan hingga jenjang perguruan tinggi.
Jumlah yang dirasa amat kecil, dan menjadi pertanyaan bagi para mahasiswa apa yang akan dilakukan Anies ke depan, untuk meningkatkan persentase tersebut, apalagi seorang mahasiswa juga mengaitkan dengan bagaimana Jawa mendapatkan semua fasilitas Pendidikan Tinggi.
“Sebenarnya bukan hanya Jawa dapat kesempatan luar Jawa tidak, tapi banyak di Jawa juga yang tidak dapat. Kita jangan bedakan berdasarkan pulau tapi bedakan siapa yang dapat kesempatan dan siapa yang tidak,” jawab Anies.
Lebih lanjut Anies menerangkan bahwa pihaknya menemukan bahwa mereka yang berstatus ekonomi mapan punya kesempatan yang lebih baik untuk akses pendidikan tinggi daripada menengah ke bawah, selain itu keterbatasan bangku juga menjadi kendala di mana makin tinggi tingkat pendidikannya jumlah bangku yang tersedia semkain berkurang.
“Sebenarnya masalah kita itu pendidikan kita itu seperti piramid jumlah bangkunya. SD lengkap, namun setelah itu SMP, SMA, Perguruan Tinggi seperti piramid yang makin ke atas makin mengecil bahkan hilang,” jelas Anies.
“Jadi, kalau mau menyelesaikan jangan hanya fokus pada akses ke pendidikan tingginya tapi ini rencana kita (jika terpilih) semua jenjang harus dipastikan simetris, sehingga setiap anak mendapatkan pendidikan hingga tuntas,” imbuhnya.
Anies juga menyoroti bahwa perguruan tinggi khususnya yang negeri, hari ini biayanya mahal, dan Anies melihat beban yang ditanggung keluarga tidak sebanding dengan yang ditanggung negara. Maka Anies berpandanhan bahwa tidak boleh lagi melihat pendidikan, kesehatan, dan kebudayaan sebagai kegiatan biasa, sektor itu harus dipandang sebagai investasi.
“Kenapa? Ketika kita biayai sesorang sampai pendidikan apalagi pendidikan tinggi, ketika dia lulus dia akan berkarya dan memberi manfaat bagi semua, manfaat yang didapat itu adalah return dr investasi kita,” tegasnya.
“Maka dari itu ke depan AMIN akan mengembalikan pendidikan tinggi bukan sebagai industri, tapi sebagai eskalator Ekonomi,” tandasnya.
Kunjungi Rumah Bung Karno