BENGKULU, BE - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu baru-baru ini merilis data terkini hasil Sensus Tani (ST) 2023. Datanya menunjukkan adanya penurunan signifikan jumlah rumah tangga usaha pertanian (RTUP) subsektor tanaman pangan. Menurut BPS, sebanyak 77.491 rumah tangga tercatat dalam kategori ini atau mengalami penurunan sebesar 22,49 persen dibandingkan dengan data ST 2013. Di sisi lain, subsektor perkebunan tercatat ada 263,8 ribu rumah tangga terlibat atau meningkat 10,93 persen dibandingkan pada sensus sebelumnya.
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir Win Rizal mengungkapkan kepada BE, Selasa (12/12), kekhawatiran terkait menurunnya RTUP subsektor tanaman pangan. Karena dengan menurun, maka akan berpengaruh terhadap ketersediaan pangan di Bengkulu.
"Seharusnya jumlah RTUP subsektor tanaman pangan di Bengkulu lebih banyak, namun terjadi penurunan yang signifikan. Ini perlu diantisipasi dengan serius, karena akan berpengaruh ke ketersediaan pangan di Bengkulu," kata Win.
Menurutnya, penurunan tersebut bisa berdampak serius pada pasokan pangan lokal. Bahkan mungkin nanti akan mengharuskan Bengkulu mengimpor bahan pangan dari daerah lain jika tidak segera diatasi.
"Kita melihat adanya penurunan RTUP subsektor tanaman pangan, itu perlu diantisipasi. Karena jika pangan tidak tersedia maka dikhawatirkan Bengkulu akan mengimpor pangan dari daerah lain," kata Win.
Win menambahkan, penurunan jumlah RTUP subsektor tanaman pangan di Bengkulu menjadi sorotan karena potensinya untuk mempengaruhi ketahanan pangan. Bagaimanapun, subsektor ini memegang peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan di daerah.
"Jika tren penurunan ini terus berlanjut, dikhawatirkan Bengkulu akan menghadapi tantangan serius dalam menyediakan kebutuhan pangan lokal," ujar Win.
Menyikapi kondisi ini, Win menekankan perlunya langkah-langkah antisipatif. Pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, diharapkan dapat segera merumuskan strategi untuk membalikkan tren penurunan ini dan memastikan ketahanan pangan Bengkulu ke depannya.
"Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah antisipatif untuk membalikkan tren penurunan dan memastikan ketahanan pangan di Bengkulu," tutupnya.
Pengamat Pertanian Bengkulu, Prof Dr Zainal Muktamar mengatakan, menurunnya jumlah RTUP subsektor tanaman pangan dan meningkatnya RTUP subsektor perkebunan menjadi indikasi kalau banyak masyarakat beralih ke tanaman perkebunan dibandingkan tanaman pangan. Hal itu dapat terjadi mengingat harga jual komoditas perkebunan lebih menjanjikan.
"RTUP subsektor tanaman pangan mungkin belum memberikan keuntungan maksimal, jadi banyak dari mereka beralih ke subsektor perkebunan yang cukup menjanjikan seperti kelapa sawit," ujar Zainal.
Meski begitu, Zainal mengatakan, menurunnya jumlah RTUP subsektor tanaman pangan bukanlah kabar yang baik. Karena bagaimanapun, pasokan pangan di daerah adalah hal penting yang harus selalu dijaga. Ketika banyak penduduk beralih ke sektor perkebunan, maka otomatis tidak ada yang akan menanam tanaman pangan lagi.
"Kita tidak ingin pasokan pangan didatangkan dari luar daerah, kita harus jaga RTUP subsektor tanaman pangan, salah satunya dengan memberikan bantuan bibit dan pupuk gratis untuk petani," pungkasnya. (999)