“Anak-anak perlu tahu untuk apa mereka belajar bahasa Indonesia. Sebagai contoh, anak-anak tertarik belajar bahasa Jepang karena mereka suka dengan manga, anime, yang membuat mereka ingin tahu bahasanya. Sementara untuk bahasa Indonesia mereka tidak tahu apa yang menarik sehingga perlu memilih pelajaran tersebut di sekolah. Itu yang menyebabkan semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin sedikit siswa yang memilih bahasa Indonesia,” kata Danielle.
Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, juga menyampaikan kiranya permasalahan dalam pengembangan dan pembelajaran bahasa Indonesia di Australia dapat segera diatasi.
“Kantor Atdikbud KBRI Canberra terus berkomitmen untuk memfasilitasi dan menjembatani komunikasi antara pemerintah Indonesia dengan BBI/BBBI dan asosiasi-asosiasi kebahasaan di Australia,” tegas Nakjib.
Najib turut menambahkan, bahwa acara ini juga dimaksudkan sebagai sarana urun rembug penguatan bahasa Indonesia di Australia. Selain pengurus BBI/BBBI se-Australia, hadir juga Presiden VILTA, akademisi dari Monash University, Deakin University dan La Trobe University. (**)