Harianbengkuluekspress.id - Wabah demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Kabupaten Mukomuko makin mengkhawatirkan. Pasalnya sejak Januai hingga minggu ketiga April tahun 2024 sudah 242 kasus.
Jumlah kasus itu, setelah adanya penambahan kasus di bulan April 2024 sebanyak 15 orang. “Dari sebanyak kasus itu sebanyak 2 orang meninggal dunia,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko, Bustam Bustomo SKM melalui Sekretaris Dinas Kesehatan, Jajad Sudrajat SKM, Selasa, 23 April 2024. Jumlah kasus DBD di daerah ini, dikhawatirkan akan terus meningkat. Meningkatnya kasus DBD mengakibatkan daerah ini menyandang peringkat ke 4 terbanyak kasus DBD se-Provinsi Bengkulu. Terkait hal ini pihaknya sudah melakukan rapat baik di internal. Untuk penangan DBD di Kabupaten Mukomuko sendiri, pihaknya akan melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). BACA JUGA:3 Terdakwa BOK Kaur Kirim Surat ke Kejagung, Begini Isinya BACA JUGA:Pendaftaran PPK Online, Ini Keterangan dari Ketua KPU Kota Bengkulu Upaya ini nanti bukan hanya Dinas Kesehatan saja, namun akan melibatkan beberpa stakholder seperti BPBD, TNI dan Polri dalam penanganan ini. Karena ini tak bisa ditangani sendiri dan penting adanya gotong royong dari seluruh lapisan masyarakat. “Kami juga telah bersurat di tingkat dinas, Kecamatan, Kelurahan dan Desa diminta mengencarkan gerakan 3M plus,” pintanya. Menurutnya, gerakan 3M plus dapat memberantas sarang nyamuk, serta melakukan foging di tempat-tempat yang sudah terdampak oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD. Meski fogging tidak begitu efektif dalam penanganan nyamuk aedes aegypti ini, karena hanya membunuh nyamuk dewasa saja dan sarang nyamuk masih ada. “Yang lebih efektif menguras dan menyikat tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat semua tempat penyimpanan air, memanfaatkan limbah emakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang),” katanya. Lanjutnya, memelihara ikan pendela dan ventilasi. Serta gotong royong membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya, melakukan pengecekan di tempat penampungan air. “Masyarakat juga kita imbau menanam tanaman yang dapat mengusir nyamuk, meletakkan pakaian bekas diwadah tertutup, memberikan larvasida pada penampungan air yang dikuras,” tambahnya. Ia juga menyampaikan, pola sebaran demam berdarah memang dinamis. Daerah yang sebelumnya terdapat kasus dengan jumlah banyak cenderung terpacu melakukan pencegahan secara masif. Hal itu menjelaskan mengapa daerah yang terpapar banyak DBD tahun lalu, seperti di Kecamatan Pondok Suguh, Lubuk Sanai dan yang lainnya pada tahun ini relatif terkendali. Ia juga mengatakan, peningkatan kasus DBD tidak terjadi begitu saja. Jajat juga menyampaikan sulitnya mengendalikan peredaran nyamuk Aedes aegypti pada musim hujan. Banyaknya genangan air menjadi tempat berkembang biak yang sempurna bagi inang virus dengue. Kondisi itu tidak diiringi oleh tindakan pencegahan yang masif dan ketat, seperti menggalakkan gerakan 3M.(900)
Kategori :