Inflasi Bengkulu Terkendali, BPS Paparkan Faktor Pendukungnya

Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir Win Rizal ME didampingi Asisten I Setda provinsi Bengkulu, Khairil Anwar dan Kepala Perwakilan BI Provinsi Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat pada Press release data BPS Provinsi Bengkulu, Selasa 1 Oktober 2024.-REWA/BE -

Harianbengkuluekspress.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat angka inflasi hingga September 2024 sebesar 1,48 persen secara year-on-year (yoy). Capaian ini menunjukkan inflasi di Bengkulu masih terkendali dan berada di bawah target inflasi sebesar 2,5 persen plus minus satu persen.


Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir Win Rizal ME mengungkapkan, inflasi di Bengkulu masih terkendali.


Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama dari sektor makanan, minuman, dan tembakau.


"Sejauh ini secara tahunan inflasi di Bengkulu masih cukup terkendali di angka 1,48 persen, ini terutama karena dipengaruhi oleh makanan, minuman, dan tembakau," kata Win, Selasa 1 Oktober 2024.


Dalam penjelasannya, Win menyebutkan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terbesar terhadap inflasi di Bengkulu dengan kontribusi 0,56 persen.


Komoditas yang paling berpengaruh adalah Sigaret Kretek Mesin (SKM) dengan andil 0,29 persen, disusul oleh beras sebesar 0,13 persen.


"Ini menunjukkan adanya tekanan harga dari sektor bahan pokok yang cukup signifikan pada periode ini,” jelasnya.

BACA JUGA:Rakor Diboikot Kepala OPD, Pj Sekda Lebong Perintahkan Inspektorat Lakukan Ini

BACA JUGA:Mantan Kades di BU Ditetapkan Tersangka, Diduga Korupsi Dana BUMDes

 


Selain itu, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya juga memberikan kontribusi terhadap inflasi dengan andil sebesar 0,32 persen. Dimana emas perhiasan menjadi penyumbang utama dari kelompok ini dengan andil 0,21 persen.


"Tingginya permintaan terhadap perhiasan emas berpengaruh pada peningkatan harga di pasar," ujar Win.


Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran juga menyumbang inflasi dengan andil 0,26 persen. Komoditas yang dominan dalam kelompok ini adalah nasi dengan lauk sebesar 0,08 persen dan ayam goreng sebesar 0,05 persen.


"Konsumsi makanan jadi masih menjadi pendorong inflasi di Bengkulu, seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat," ujar Win.

Tag
Share