Tingkat Hunian Hotel Turun, Ini Kata Sekretaris PHRI Bengkulu

DOK/BE Resepsionis melayani tamu yang ingin menginap di salah satu hotel di Bengkulu.--

Harianbengkuluekspress.id – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Bengkulu mencatat adanya penurunan tingkat hunian hotel selama momen Lebaran 2025. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, okupansi hotel di daerah ini anjlok hingga 20 persen.

Sekretaris PHRI Bengkulu, Arif Wahyudi mengungkapkan, selama musim libur Lebaran 2025, tingkat hunian hotel di wilayahnya hanya mencapai angka maksimal 70 persen. Hal ini jauh dibawah pencapaian 2024 yang mencapai 90 persen. 

"Ada penurunan tingkat hunian hotel sebanyak 20 persen saat lebaran 2025 dibandingkan Lebaran 2024," ujar Arif, Senin 7 April 2025 kepada BE. 

Penurunan ini cukup mencolok, mengingat periode Lebaran biasanya menjadi momen puncak kunjungan wisatawan dan perantau yang kembali ke kampung halaman.

BACA JUGA:Arus Balik, ASN Boleh FWA, Ini Kata Kepala BKD Kota Bengkulu

BACA JUGA:Dishub Rejang Lebong Belum Miliki PPNS, Ini Akibatnya

Meski begitu, penurunan ini tidak hanya terjadi di Bengkulu, melainkan menjadi tren secara nasional. PHRI menyebut lesunya kondisi ekonomi masyarakat turut menjadi penyebab menurunnya aktivitas mudik dan pariwisata selama Lebaran tahun ini.

"Secara nasional PHRI melihat turunnya keterisian hotel diakibatkan oleh perekonomian yang menurun, yang berpengaruh pada arus mudik Lebaran, sehingga otomatis liburan juga ikut terpengaruh," jelas Arif.

Ia juga menjelaskan bahwa berkurangnya daya beli masyarakat menyebabkan banyak perantau memilih tidak pulang kampung atau menunda perjalanan. Hal ini tentu saja mempengaruhi okupansi hotel di Bengkulu.

"Banyak yang memilih menginap di rumah keluarga atau tidak bepergian sama sekali," katanya.

BACA JUGA:47 Calon Bujang Semulen di Lebong Ikuti Seleksi Keahlian, Ini Tahapan Selanjutnya

Selain faktor ekonomi, Arif menyoroti kemungkinan adanya pergeseran pola liburan masyarakat yang kini lebih memilih alternatif akomodasi seperti homestay, guest house, atau rumah sewa berbasis aplikasi daring. Ini turut memberi tekanan pada industri perhotelan konvensional.

Menanggapi kondisi ini, PHRI Bengkulu berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah untuk menggencarkan promosi wisata serta memberikan stimulus kepada pelaku usaha perhotelan agar tetap bertahan.

"Kalau tidak ada intervensi, dikhawatirkan sektor perhotelan akan semakin terpuruk, padahal ini adalah salah satu penggerak ekonomi daerah," pungkas Arif. (Rewa Yoke)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan