Wamendikdasmen Ungkap Cara Kurangi Kekerasan di Lingkungan Sekolah

Wamendikdasmen, Fajar Riza Ul Haq saat membuka acara-Istimewa/Bengkuluekspress-

Harianbengkuluekspress.id- Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq  menuturkan  Salah satu cara untuk mengatasi kasus kekerasan di lingkungan satuan pendidikan diungkapkan dengan meningkatkan komunikasi yang berkualitas melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah. 

Oleh karenanya, menjawab tantangan tersebut, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus berkomitmen mengimplementasikan program prioritas untuk memperkuat pendidikan karakter. 

 " Untuk mengatasi kekerasan harus ada komunikasi yang baik antara guru dan orang tua. Kasus ketidakharmonisan yang sering terjadi biasanya disebabkan kurangnya komunikasi yang baik," ungkapnya  dikutip dari pres rilis Kemdikdasmen. 

Lebih lanjut ia menerangkan, dalam menanamkan nilai kedisiplinan di sekolah maka batasan untuk mendisiplinkan anak harus jelas. Guru punya hak untuk mendisiplinkan anak untuk kepentingan pendidikan dan upaya tersebut harus diketahui dan dipahami oleh orang tua. 

Kedua belah pihak harus sama-sama mengetahui dan menghargai batasan kedisiplinan dalam mendidik anak-anak.

BACA JUGA:Terbaru, 3 Jenis BBM Non Subsidi di Bengkulu Harganya Naik Rp 50 hingga Rp 350 Perliter, Ini Rinciannya

BACA JUGA:44 Lansia Diwisuda, Ini Pesan PJ Sekda Kota Bengkulu

"Caranya bisa dengan melakukan pertemuan periodik dengan orang tua. Kalau di sekolah swasta keagamaan misalnya ada kajian keagamaan bersama. Ini menjadi kesempatan bagi guru dan orang tua untuk menjalin silaturahmi," tutur Fajar. 

Selain itu, Kemendikdasmen juga memperkuat peran guru Bimbingan Konseling (BK). Inisiatif ini penting untuk meningkatkan kapasitas guru dalam menanamkan nilai-nilai moral dan etika kepada siswa, serta memperkuat peran mereka sebagai pembimbing yang mendukung perkembangan karakter peserta didik. 

Kemendikdasmen menyadari bahwa guru adalah ujung tombak pendidikan. Untuk itu, program ini juga mencakup penguatan kompetensi guru BK dan guru agama, termasuk dalam memahami dan menyampaikan pendekatan-pendekatan berbasis nilai. Harapannya, ke depan, guru tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga inspirator yang menanamkan karakter positif pada siswa. 

"Sementara itu, untuk sekolah yang belum ada guru BK-nya, kita berikan pembekalan kepada guru, supaya mempunyai kemampuan untuk mengatasi berbagai persoalan di sekolah. Guru BK bukan hanya berperan ketika anak bermasalah namun juga punya peran dalam menemukembangkan bakat dan minat anak,"  tutur Fajar. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan