Harianbengkuluekspress.id - Yayasan Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PUPA) Provinsi Bengkulu menyebutkan betapa pentingnya memperkuat dukungan dalam pemulihan bagi para penyintas (korban) kekerasan terutama bagi perempuan.
Direktur Yayasan PUPA, Susi Handayani menyatakan, bertambahnya jumlah perempuan korban kekerasan yang didampingi yayasan setiap tahunnya menggambarkan bahwa perempuan masih menjadi sasaran utama tindak kekerasan.
"Kita harus bersama-sama dan juga saling bahu-membahu dalam memperkuat dukungan bagi pemulihan para korban kekerasan. Karena dengan cara itu, korban kekerasan bisa terus bangkit," tutur Susi, Sabtu, 18 Mei 2024, kepada BE.
Apalagi pengungkapan dan penanganan kekerasan seksual pada perempuan tidak mudah karena sering dikaitkan dengan konsep moralitas masyarakat. Sebagai simbol kesucian maupun kehormatan, perempuan dipandang sebagai aib ketika mengalami kekerasan seksual.
BACA JUGA:Cegah Penyalahgunaan Obat Batuk, Ini Langkah BPOM Bengkulu Mengatasinya
BACA JUGA: Kaki Harus Diamputasi Ketua PGRI Berikan Semangat, Guru PPK di Kaur Alami Kecelakaan Terlindas Truk
"Pandangan ini menyebabkan banyak korban perempuan akhirnya bungkam dan tidak berani menyuarakan deritanya, bahkan berusaha menyangkal statusnya sebagai korban. Meskipun kasus kekerasan telah selesai, perempuan korban masih harus berjuang untuk memulihkan diri dari trauma fisik dan psikologis yang dialami," katanya.
Oleh karena itulah, pemulihan itu sangat penting dalam menghilangkan trauma yang dialami korban kekerasan. Karena dari kejadian itu tentu dapat menimbulkan berbagai masalah, baik fisik maupun psikologis. Reaksi terhadap trauma psikologis juga berbeda-beda, namun umumnya korban mengalami perubahan pada identitas diri. Identitas diri pasca trauma mencerminkan perubahan konfigurasi dimensi struktural dalam diri dan proses psikologis mereka.
"Paparan traumatis ini mempengaruhi korban secara emosional, mengubah rasa kesejahteraan, nilai-nilai maupun juga pandangan hidup mereka," ungkapnya.
Kondisi inilah yang membuat Yayasan PUPA sebagai lembaga layanan berbasis masyarakat tidak bisa menutup mata. Dengan begitu harus terus memberikan layanan bagi korban kekerasan, memastikan komunitas mendukung upaya pemulihan, serta memastikan perlindungan dan penegakan hukum berjalan dengan baik.
BACA JUGA:602 Peserta Bersaing jadi PPS,
"Pengawasan pada pelaksanaan pemenuhan hak korban, seperti kebenaran, keadilan dan pemulihan, juga harus terus dilakukan," tambah Susi.
Selain itu, ia menegaskan, yayasan PUPA akan terus berkomitmen untuk mendampingi dan memperjuangkan hak-hak korban kekerasan, memastikan perlindungan dan pemulihan bagi para penyintas, serta mendorong komunitas untuk aktif dalam upaya ini.
"Tujuan kita agar para korban kekerasan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memperjuangkan haknya serta sumber-sumber penghidupan dan dapat melakukan self-healing untuk penyembuhan luka," tutupnya. (Bhudi Sulaksono)