Harianbengkuluekspress.id - Gubernur Bengkulu Prof H Rohidin Mersyah membuka program Tular Nalar 3.0 Akademi Digital Lansia di Balai Raya Semarak Bengkulu, Kamis 5 September 2024. Kegiatan yang digagas oleh Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) bersama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Bengkulu ini diikuti oleh 100 peserta lansia yang antusias. Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menyatakan pentingnya literasi digital bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk lansia. Maka, lansia juga bisa menjadi agen literasi digital, ditengah kemajuan zaman.
"Literasi digital tidak hanya untuk anak muda. Para lansia juga perlu melek teknologi agar tidak tertinggal dan bisa memanfaatkan media digital," terang Rohidin.
Saat ini, dunia digital itu sudah melekat kepada setiap orang. Mulai dari anak-anak hingga lansia. Namun demikian, penggunaan media digital itu harus dilakukan secara kehati-hatian, agar tidak salah dalam penggunaannya. Termasuk terjebak dalam penipuan digital dan berita hoaks.
"Manfaatkan masa tua ini dengan berbagai kegiatan positif, hindari hal-hal yang memicu konflik serta menguras energi," tuturnya.
BACA JUGA:Riski Heriaji Siap Jalankan Tugas, Anggota DPRD Provinsi Bengkulu Dapil Kepahiang
BACA JUGA: Rohidin Bagikan 3 Ton Tomat, Beri Dukungan Petani Hadapi Harga Tomat Rendah
Rohidin mengatakan, literasi digital menjadi sangat penting. Bukan hanya perangkat teknologi, tetapi juga kemampuan dalam memahami dan menyikapi informasi dengan bijak. Karena mayoritas lansia tidak tumbuh di era digital, maka perlu mendapatkan dukungan.
"Jika tidak bijak dalam menggunakan media sosial, dunia maya bisa terlihat seperti dunia nyata. Informasi yang belum tentu benar sering kali disebarkan tanpa disaring, padahal itu hoaks," ujar Rohidin.
Ketua Japelidi Bengkulu Lisa Adhrianti mengatakan, program ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan Lansia Berbudi (Bersama Bugar Digital). Agar lansia tidak tertinggal dalam perkembangan teknologi serta terlindungi dari berbagai bentuk kejahatan dan konten negatif di dunia maya.
"Melalui Akademi Digital Lansia ini, kami berharap dapat menjangkau para lansia dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang cara kerja internet, sekaligus melindungi mereka dari penipuan daring serta informasi yang salah," ungkap Lisa.
Dalam kegiatan Akademi Digital ini, para peserta dibekali pengetahuan yang memadai mengenai cara memverifikasi kebenaran informasi sebelum membagikannya.
Selain itu, peserta juga diingatkan akan pentingnya kewaspadaan terhadap berbagai bentuk penipuan digital, seperti melalui panggilan telepon, pesan singkat, hingga transaksi belanja online.
Disisi lain, salah satu peserta lansia berusia 75 tahun Tri Murti Hamid mengatakan, awalnya mengalami kesulitan menggunakan telepon pintar untuk berkomunikasi. Namun setelah mengikuti pelatihan tersebut, pemahaman menggunakan dunia digital bisa terbuka secara perlahan.
"Saya jadi lebih tahu dan bijaksana dalam memilah mana yang perlu dibagikan dan mana yang tidak," pungkas Tri. (Eko Putra Membara)