Harianbengkuluekspress.id - Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu menyayangkan sikap petani Kakao di wilayah Bengkulu yang tidak memanfaatkan pupuk subsidi yang telah dialokasikan oleh pemerintah. Sebanyak 11 ton pupuk NPK formula khusus untuk tanaman kakao disediakan, namun belum ada satupun petani yang menyerap pupuk tersebut.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, M. Rizon SHut MSi mengatakan, meskipun pemerintah telah mengalokasikan pupuk subsidi untuk tanaman kakao, namun penyerapannya di Bengkulu benar-benar nol.
“Kami sudah siapkan pupuk NPK khusus untuk kakao sebanyak 11 ton, tetapi hingga saat ini belum ada petani yang mengambilnya,” ungkap Rizon, Selasa 1 Oktober 2024.
Ia mengindikasikan, ada beberapa faktor yang menyebabkan para petani tidak lagi tertarik untuk merawat tanaman kakao mereka. Salah satunya adalah peralihan sebagian besar petani ke tanaman kelapa sawit yang dinilai lebih menguntungkan dan produktif dibandingkan Kakao.
BACA JUGA:Mantan Kades di BU Ditetapkan Tersangka, Diduga Korupsi Dana BUMDes
BACA JUGA:Polrestas Bengkulu Amankan 34 Anggota Geng Motor, 2 Ditetapkan Tersangka
"Banyak petani yang lebih memilih sawit karena dianggap lebih ekonomis," lanjutnya.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya minat petani terhadap kakao adalah kondisi tanaman yang sudah tidak produktif. Banyak tanaman kakao di wilayah Bengkulu yang usianya sudah tua, sehingga meskipun diberikan pupuk, hasil buahnya tetap sedikit atau bahkan tidak berbuah sama sekali.
“Tanaman kakao yang ada sekarang banyak yang sudah tua dan tidak produktif lagi. Memberi pupuk pada tanaman yang tidak produktif tentu tidak akan memberikan hasil yang memuaskan,” jelas Rizon.
Menurut data dari Dinas Tanaman Pangan, jumlah petani kakao di Bengkulu memang terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini diperparah dengan maraknya konversi lahan kakao menjadi perkebunan kelapa sawit.
BACA JUGA:DLH Awasi Limbah dan Kolam Penampungan
"Lahan kakao yang dulunya luas sekarang sudah semakin sempit, karena digantikan dengan kelapa sawit," imbuhnya.
Rizon menyatakan keprihatinannya atas tren ini. Kakao, menurutnya, memiliki potensi ekonomi yang tidak kalah besar jika dikelola dengan baik. "Kami berharap ke depan, ada upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk merevitalisasi perkebunan kakao di Bengkulu agar dapat kembali menjadi sumber pendapatan yang signifikan," kata Rizon.
Ia juga menekankan pentingnya edukasi kepada petani agar mereka memahami cara yang tepat dalam mengelola tanaman kakao, terutama dalam penggunaan pupuk.
"Kami akan melakukan sosialisasi lebih lanjut agar petani memahami manfaat pupuk subsidi dan bagaimana mengelola tanaman kakao secara berkelanjutan," tambahnya.