Harianbengkuluekspress.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat penurunan nilai ekspor pada Agustus 2024. Data terbaru menunjukkan nilai ekspor Provinsi Bengkulu pada bulan Agustus tersebut US$ 14,05 juta. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Agustus 2023, terjadi penurunan sebesar 7,17 persen.
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir Win Rizal ME mengatakan, penurunan nilai ekspor ini terutama disebabkan pendangkalan alur di Pelabuhan Pulau Baai. Sebab, pelabuhan ini berperan penting sebagai pintu gerbang ekspor bagi provinsi ini.
"Pada Agustus 2024, tidak ada ekspor melalui Pelabuhan Bengkulu, yang merupakan salah satu alasan utama penurunan ekspor," ungkap Win, Rabu, 2 Oktober 2024.
Lebih lanjut, Win menjelaskan, jika dilihat secara keseluruhan, ekspor yang melalui Pelabuhan Pulau Baai sepanjang tahun 2024 mengalami penurunan sebesar 27,03 persen.
Kondisi ini sangat memengaruhi kinerja ekspor provinsi, mengingat Pelabuhan Pulau Baai menjadi andalan utama dalam kegiatan ekspor barang dari Bengkulu.
BACA JUGA:Ekspor Biji Kopi Bengkulu Masih Lewat Lampung dan Jakarta, Balai Karantina Bengkulu Lakukan Ini
BACA JUGA:Disperindag Dukung Produk UMKM Berorientasi Ekspor, Bea Cukai Ungkap Cara Ekspor Murah
"Penurunan ekspor di Pelabuhan Pulau Baai mencapai 27 persen, itu tentu mempengaruhi kinerja ekspor di Bengkulu," jelasnya.
Menurut Win, kinerja ekspor melalui Pelabuhan Bengkulu turun lebih drastis, mencapai 83,84 persen. Penurunan tajam ini menjadi perhatian serius, karena dapat berdampak luas terhadap perekonomian daerah.
"Jika situasi ini tidak segera diatasi, dikhawatirkan akan berdampak pada penurunan daya saing ekspor Bengkulu di pasar internasional," tambah Win.
Salah satu faktor utama penurunan ekspor ini adalah kolam pelabuhan Pulau Baai yang mengalami pendangkalan. Pendangkalan ini menghambat kapal-kapal besar untuk berlabuh, yang pada akhirnya membatasi jumlah barang yang dapat diekspor melalui pelabuhan tersebut.
Bahkan menurut sejumlah pelaku industri, pendangkalan alur pelabuhan ini bukan hanya menyebabkan keterlambatan pengiriman, tetapi juga menambah biaya operasional.
"Banyak pelaku industri terpaksa menambah biaya untuk menyewa kapal yang lebih kecil atau mengalihkan pengiriman ke pelabuhan lain yang lebih jauh," ujar Win.
Pemerintah daerah dan otoritas terkait diharapkan segera mengambil langkah cepat untuk mengatasi masalah pendangkalan ini. Beberapa pihak telah mengusulkan pengerukan kolam pelabuhan sebagai solusi jangka pendek, sementara jangka panjangnya adalah memperbaiki infrastruktur pelabuhan.
"Kami berharap pengerukan alur pelabuhan segera terealisasi, karena jika tidak, situasi ini bisa terus memburuk dan mengancam keberlanjutan kegiatan ekspor dari Bengkulu," tutupnya.(999)