MEKANISME FILTER BAGI PENGELOLAAN KONTEN TELEVISI UNTUK KELOMPOK PEREMPUAN
Dr. Lisa Adhrianti, M.Si, CPS-Istimewa/Bengkulu Ekspress-
Oleh : Dr. Lisa Adhrianti, M.Si, CPS*
HARIANBE - Penelitian Preferensi Konten Siaran yang dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bengkulu di 5 (lima) Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu pada Kelompok Perempuan tahun 2023 memberikan perspektif menarik
tentang upaya KPID sebagai regulator penyiaran daerah untuk dapat menyerap aspirasi perempuan sebagai dasar bagi kampanye “Ayo Kembali Menonton Televisi”.
BACA JUGA: Alamsyah Kunjungi Penerima Bantuan Bedah Rumah di Kota Bengkulu. Ini yang Disampaikannya
BACA JUGA: Ditetapkan Sebagai Obat Unggulan, Selain Untuk Nafsu Makan, Temulawak Dikenal Sebagai Obat Kanker,
Hasil Survey membuktikan bahwa perempuan Bengkulu peduli terhadap perkembangan informasi berdasarkan pilihan tontonan kepada konten berita dan hiburan yang paling diminati oleh kelompok perempuan.
Hal ini juga menunjukkan bahwa perempuan Bengkulu masih membutuhkan Televisi sebagai media informasi yang dapat dinikmati dari wilayah ekslusif perempuan yaitu RUMAH.
Perempuan menjadi subjek yang menarik untuk diamati karena gesekan problem antara perempuan dan televisi masih terus terjadi saat ini.
Di tengah kuatnya upaya perempuan untuk mengampanyekan sensitivitas gender, televisi dianggap masih melakukan eksploitasi perempuan.
Beberapa alasan yang mendasari gesekan perspektif tersebut, yaitu bahwa gender menjadi hal yang kurang diperhatikan televisi (Gozali, 1998:95),
karakter sosial perempuan berbeda dengan laki-laki yang menempatkan perempuan pada komunitas kecil di masyarakat (Neighbourhood), kelompok pemirsa perempuan adalah kelompok TERLEMAH karena pasif menerima acara (Secondhand) (Yosenda, 1998:241).
Dengan demikian, organisasi media Televisi (TV) seringkali dilihat sebagai organisasi lelaki padahal banyak memperkerjakan perempuan, dan mayoritas pengguna TV di Indonesia merupakan perempuan sebanyak 51%, sedangkan laki-laki 49% (Survey Nielsen 2022 di 11 kota besar Indonesia).
Perempuan sejatinya patut menyatakan fungsi dirinya dan memiliki arti bagi pembangunan dalam masyarakat, sehingga mempertimbangkan keberadaan dan keberhargaannya seharusnya menjadi penting bagi industri pertelevisian.
Perempuan dipilih oleh KPID Bengkulu untuk mengkampanyekan ajakan kembali menonton televisi tentu berdasarkan keyakinan bahwa wilayah perempuan dalam ruang domestiknya sendiri masih berpeluang besar untuk mengembalikan ruh televisi sebagai media pemberi informasi, edukasi dan hiburan bagi dirinya maupun keluarganya.