Harga Sawit Naik, Petani di Mukomuko Tetap Resah, Ternyata Ini Pemicunya
Harga Sawit Naik, Petani di Mukomuko Tetap Resah, Ternyata Ini Pemicunya-Endi/Bengkuluekspress-
Harianbengkuluekspress.id – Menjelang akhir tahun 2024, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko terus menunjukkan kenaikan yang signifikan.
Saat ini, harga sawit di tingkat pabrik mencapai Rp 2.700 per kilogram. Kenaikan ini diperkirakan akan berlanjut hingga awal tahun 2025, mengikuti tren yang biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Namun, di balik kabar kenaikan harga yang seharusnya menggembirakan, para petani sawit justru resah.
Pasalnya, mereka dihadapkan pada sejumlah tantangan besar yang menggerogoti potensi keuntungan mereka.
BACA JUGA:Dukung Pengembangan Pesantren, Ini yang Dilakukan Pemkab Mukomuko
BACA JUGA:Mukomuko Diberi Reward 3,5 Ton Benih Bawang Merah dari Kementerian Ini
Salah satu masalah utama yang mereka hadapi adalah penurunan produksi buah sawit, yang menurun drastis hingga mencapai 50 persen.
Fenomena ini mengakibatkan pendapatan petani tetap terbatas, meskipun harga sawit mengalami kenaikan.
Masruhin, seorang petani sawit dari Desa Rawa Mulya, Kecamatan XIV Koto, mengungkapkan bahwa meskipun harga sawit naik dari Rp2.450 menjadi Rp2.700 per kilogram,
Kondisi ini tidak berdampak signifikan pada pendapatannya akibat produksi sawit yang menurun drastis.
"Kemarin harganya masih Rp2.450 per kilogram, sekarang naik jadi Rp2.700. Tapi produksi sawit saya menurun hingga 50 persen, jadi hasilnya tidak banyak berbeda dengan ketika harga stabil tapi produksinya tinggi," kata Masruhin. "Secara psikologis, kami senang dengan harga tinggi, tapi kami tetap khawatir karena sawit di kebun sering dicuri," tambahnya.
Selain menghadapi penurunan produksi, para petani sawit di Mukomuko juga menghadapi meningkatnya kasus pencurian sawit seiring dengan melonjaknya harga.
Para pencuri semakin nekat, tidak hanya mengambil brondolan sawit yang jatuh ke tanah, tetapi juga memanen buah yang masih menggantung di batang pohon.
"Saat harga sawit tinggi, risiko pencurian juga meningkat. Ada yang nekat memotong sawit langsung dari batangnya, jadi kami harus ekstra hati-hati. Ini membuat kami petani lebih waspada, terutama jika kebun tidak dijaga dengan ketat," jelas Masruhin.