Harianbengkuluekspress.id- Carlsson Khovis pelajar asal SMAS Sutomo 1 Medan berhasil meraih Top Ten English as Foreign Language (EFL) Best Speaker dalam ajang debat tingkat dunia atau World Schools Debating Championship (WSDC).
Ia bersama keempat rekannya mewakili Indonesia dan berhasil menyabet tiga penghargaan sekaligus yaitu Honorable Mention (Octofinalist), dan Best EFL Team.
Penghargaan itu disumbangkan dari Kelima debaters atau siswa-siswi yang mewakili Indonesia dalam ajang WSDC adalah Bintang Putra Ari Ramadhan dari SMAS Al-Azhar Mandiri Palu, Carlsson Khovis dari SMAS Sutomo 1 Medan, Arilynn Wijaya dari SMAS Sutomo 1 Medan, Yvonne Ng dari SMA Maitreyawira Batam, dan Anya Krishna Rahardja dari SMA ACS Jakarta.
Peraih Top Ten EFL Best Speaker, Carlsson Khovis, dari SMAS Sutomo 1 Medan, mengungkapkan bahwa konsistensi merupakan kunci utama dirinya bisa meraih penghargaan tersebut.
BACA JUGA:Bangga.. Pelajar Indonesia Sabet 3 Penghargaan Lomba Debat Tingkat Dunia
BACA JUGA:Pemerintah Terbitkan Aturan Baru, Faskes dan Nakes Dilarang Terima Bantuan dan Promosi Susu Formula
"Jujur yang utama adalah konsistensi. Saya berusaha dengan gaya bicara yang konsisten dan sepertinya juri-juri WSDC menyukainya. Hal itu yang membuat skor saya stabil di WSDC sehingga dapat 10 besar EFL Best Speaker," kata Carlsson.
Diceritakannya, ajang WSDC kali ini tim debat Indonesia harus melalui serangkaian tahapan lomba yang cukup menguras pikiran dan tenaga.
"Tantangannya ada di kekuatan mental karena WSDC ini ada delapan ronde yang dihadapi. Setiap rondenya memakan waktu satu setengah jam. Belum lagi kita harus persiapan juga. Tetapi saya dan teman-teman selalu semangat," bebernya.
Seraya menambahkan, " Kita harus banyak mendengar orang lain walaupun debat itu adalah lomba yang berkomunikasi banyak namun kita harus mendengar lawan bicara supaya merespons dengan baik dan benar," ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan, Yvonne Ng dari SMA Maitreyawira Batam. Ia juga membagikan tips menjadi debaters.
"Untuk teman-teman jangan pantang menyerah karena prestasi itu butuh proses yang panjang. Jika gagal jangan bersedih tetapi harus tetap semangat,".
Suksesnya prestasi mereka tak lepas dari Tim Pembina. Mereka adalah Rachmat Nurcahyo (Universitas Negeri Yogyakarta) sebagai manajer tim dan Tengku Omar Azfar Haqqani (Columbia University) sebagai coach.
BACA JUGA:Sah, Presiden Jokowi Teken Aturan Larangan Menu Siap Saji dan Larangan Iklan
BACA JUGA:Siapkan Rp 3,5 Miliar, Pendaftaran Beasiswa Kader Muhammadiyah 2024 Dibuka