BBM Subsidi Antre Panjang, Pertamina Sebut Permintaan Pertamax Meningkat

Senin 12 Aug 2024 - 21:28 WIB
Reporter : Rewa
Editor : Dendi Supriadi

Harianbengkuluekspress.id - Meskipun harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi jenis Pertamax mengalami kenaikan, Pertamina klaim permintaannya dari masyarakat Bengkulu justru terus meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berkurangnya pasokan BBM subsidi jenis Pertalite.

Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan mengatakan, penyesuaian harga BBM non-subsidi ini merupakan kebijakan yang dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia. 

Dimana Harga Pertamax di wilayah Bengkulu saat ini mencapai Rp 14.300 per liter, naik dari harga sebelumnya Rp 13.800 per liter. 

"Penyesuaian ini dilakukan seiring dengan fluktuasi harga minyak dunia serta faktor-faktor ekonomi lainnya," kata Nikho, Senin, 12 Agustus 2024.

BACA JUGA:Distribusi BBM Dipangkas, Pemprov Bengkulu Diminta Panggil Pertamina

BACA JUGA:BBM Non Subsidi Naik, BBM Subsidi Bakal Diserbu

Meski harga Pertamax naik, lanjutnya, permintaan BBM jenis ini terus menunjukkan peningkatan. 

Berdasarkan data yang dimiliki Pertamina, permintaan Pertamax di Bengkulu mengalami lonjakan lebih dari 5 persen. 

"Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat tetap memilih Pertamax meskipun harga lebih tinggi," tambah Nikho.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu, Dr. Ansori Tawakal SE MM mengatakan, salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan permintaan Pertamax adalah terbatasnya pasokan BBM jenis Pertalite. 

Penurunan pasokan ini membuat masyarakat sulit mendapatkan BBM dengan harga lebih terjangkau, sehingga beralih ke Pertamax yang lebih mudah didapatkan meski dengan harga yang lebih mahal. 

"Kondisi ini merupakan situasi di mana masyarakat tak punya banyak pilihan selain membeli BBM non-subsidi," ujar Ansori.

Menurut Ansori, langkah Pertamina ini adalah strategi yang cukup efektif untuk meningkatkan penjualan BBM non-subsidi. 

"Mereka menaikkan harga Pertamax, sementara itu pasokan Pertalite mereka kurangi. Sehingga, mau tidak mau, masyarakat terpaksa membeli Pertamax yang harganya lebih mahal Rp 4.300 per liter dibandingkan Pertalite," jelas Ansori.

Strategi yang dijalankan Pertamina ini, menurutnya tak lepas dari upaya perusahaan untuk mengurangi beban subsidi yang terus meningkat. Dengan mendorong masyarakat beralih ke BBM non-subsidi, beban subsidi pada APBN dapat dikurangi. 

Kategori :