Harianbengkuluekspress.id - Akhir-akhir ini cuaca di wilayah Bengkulu tidak menentu, bahkan cuacanya buruk. Hal ini berdampak pada tangkapan para nelayan tradisional, seperti di Pulau Baai Bengkulu.
Dalam beberapa bulan terakhir, kondisi perairan yang tidak menentu dan cuaca ekstrem membuat para nelayan kesulitan mendapatkan hasil tangkapan yang memadai.
Hendri (38) salah seorang nelayan pulau baai mengungkapkan aktivitas melaut sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca.
Biasanya, ia mulai berlayar setelah magrib, namun jika cuaca sedang buruk, ia dan rekan-rekannya terpaksa menunda hingga waktu subuh.
BACA JUGA:Nilai Tukar Rupiah Pagi Ini, Rabu 28 Agustus 2024, Melemah 27 Poin Terhadap Dolar AS
BACA JUGA:KUR BSI Rp 100 Juta, Tenor hingga 5 Tahun, Ini Syarat Lengkapnya
“Kalau cuaca lagi tidak bagus, kami kesulitan untuk mencari ikan,” ujar Hendri kepada wartawan BE.
Saat melaut, Ikan yang berhasil ditangkap oleh Hendri dan rekan-rekannya beragam, termasuk baby tuna, tongkol, dan ikan salam. Namun, hasil tangkapan sangat bergantung pada cuaca.
Sebelum pancaroba, mereka bisa membawa pulang 1,5 hingga 2 ton ikan sekali berlayar. Namun, saat cuaca buruk, hasil tangkapan menurun drastis hingga hanya 400 kilogram.
Setelah ikan ditangkap, hasil tangkapan langsung disimpan di gudang sebelum dijual ke pembeli.
"Para pembeli ikan ini beragam, mulai dari pedagang pasar lokal hingga pembeli dari luar kota seperti Lubuklinggau, Lahat, Palembang, dan Lampung," ujar Hendri.
Dalam setiap pelayaran, satu kapal biasanya diisi oleh 3-4 orang. Kerja sama tim menjadi sangat penting, terutama ketika cuaca buruk membuat kondisi laut semakin menantang.
"Tantangan terbesar bagi para nelayan adalah cuaca yang tidak menentu, selain pendapatan menurun, juga bisa mempengaruhi keselamatan," sambungnya.
Hendri mengaku, meskipun cuaca tidak menentu, namun dirinya dan rekan-rekannya tetap nekat melaut.
Pasalnya, jika hanya berdiam diri denga berpangku tangan, uang tidak akan datang, sedangkan kebutuhan setiap harus dipenuhi.