AICIS 2024, Solusi Krisis Kemanusiaan, Dinilai Perlu Melibatkan Generasi Muda

Sabtu 03 Feb 2024 - 16:25 WIB
Reporter : Endang
Editor : Endang S

Harianbengkuluekspress.bacakoran.co- Pembahasan masalah krisis kemanusian pada  Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23 di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang masih berlangsung. 

Ajang pertemuan bergengsi para akademisi dan pemuka agama tanah air dan mancanegara  berlangsung di Auditorium II kampus 3 UIN Walisongo Semarang. 

Ratusan intelektual internasional untuk merumuskan solusi dari berbagai permasalahan kemanusiaan global.

Ada 12 tokoh agama yang menjadi pembicara forum ini. Mereka berbagi ide dan gagasan dalam mencari solusi penyelesaian krisis kemanusiaan untuk kedamaian dunia dan kehidupan yang lebih baik. 

Tokoh agama dari Thailand yang hadir sebagai salah satu pembicara, Phra Dr. Anilman Dhammasakiyo yang juga sebagai salah satu narasumber dara acara itu meminta  pentingnya pelibatan generasi muda dalam diskusi tersebut. 

Menurutnya,  bahasan tentang upaya mengatasi krisis kemanusiaan pada AICIS 2024 penting untuk disampaikan kepada generasi penerus dengan gamblang. 

BACA JUGA: Ratusan Intelektual Muslim Dunia Berkumpul, Bahas Krisis Kemanusian di Forum AICIS ke-23

" Bagaimana ide-ide dan pesan-pesan cemerlang di forum ini untuk disampaikan kepada para generasi muda hari ini, " ungkapnya. 

Ia juga menyampaikan para generasi muda saat inilah yang akan memegang masa depan. Mereka juga para pelaku yang akan melahirkan budaya.

Tokoh agama Buddha dari Kamboja, Venerable Dr. Yon Seng Yeath, berbagi perspektif tentang bagaimana melahirkan rasa kemanusiaan dan keadilan.

"Kedamaian mutlak bisa dimulai dari hal kecil yaitu di lingkup keluarga. Dari perspektif agama Buddha, se

gala hal-hal itu dimulai dari hal kecil. Jika kita tidak bisa memulai dengan hal yang kecil, maka tidak akan bisa melahirkan hal yang besar," katanya.

Setelah keluarga, permasalahan di lingkup komunitas harus diselesaikan. Tak ada konflik di komunitas yang berdasar pada perbedaan.

"Garis besarnya adalah merima perbedaan tidak mencari kesamaan yang memunculkan perpecahan. Perbedaan antarnegara, perbedaan budaya, perbedaan agama, itu tidak masalah," katanya.

Pertemuan religious leaders summit akan menjadi ajang berbagi perspektif dan wawasan berbasis pengalaman para tokoh agama dalam merespons isu-isu kemanusiaan dan kedamaian. 

Kategori :