Cerita Bersambung : Barra Belajar Menjadi Manusia (3)
Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.-Renald/Bengkuluekspress-
Wajar saja karena rumah keduanya sama-sama berada di dalam Kota Manna. Namun jika perjalanan Barra dan Nadia di mulai dari rumah Nadia, maka akan terasa berbeda saat menuju lokasi yang dituju, sebab jalan yang mereka lalui adalah jalan yang mereka sukai bukan jalan tersingkat yang dapat dilalui.
BACA JUGA:Setinggi 6 Lantai, Proyek Pembangunan Rumah Sakit Unib Dimulai, Disini Lokasinya
BACA JUGA:Update Harga Emas, Jumat 28 juni 2024, Produksi Antam dan UBS di Pegadaian
Biasa jika keduanya memilih jalan pinggir kota, seperti Jalan Pantai Pasar Bawah untuk menikmati senja yang mereka berdua suka.
“Nadia sejauh ini setelah kamu tamat SMA, apakah ada Ibu kamu bertanya kamu mau melanjutkan pendidikan lagi atau ada pilihan lainnya? Atau kamu di kasih pilihan oleh ibu mu?,” tanya Barra membuka percakapan dengan Nadia diatas motor scoopy setelah mendapatkan izin dari sang ibu untuk pergi.
“Itu lah Ra, aku bingung, ibu tidak bertanya apa-apa dengan aku. Aku juga jadi bingung,” jawab Nadia.
Wajar saja Nadia bingung, sebab setelah kepergian sang ayah yang telah meninggal dunia karena sakit pada saat dirinya hampir menyelesaikan pendidikan di bangku SMA.
Menyebabkan sang ibu harus berjuang sendirian untuk sekolah Nadia, meskipun Nadia adalah anak bungsu dari 2 bersaudara.
Sedangkan kakak laki-laki Nadia satu-satunya tidak dapat berbuat banyak untuknya, karena sang kakak juga telah menikah dan telah dikaruniai 2 orang anak yang juga telah duduk di bangku SD. Sehingga kakanya harus berjuang untuk keluarga kecilnya dan membantu Nadia seadanya.
“Mungkin ibu mau menyampaikan sesuatu dengan aku Ra setalah aku tamat SMA ini, tetapi sepertinya tidak terucap oleh ibu. Aku paham keadaan ibu sekarang,” sambung Nadia.
“Kalau ayah aku, kemarin sore sudah minta jawaban aku tentang pilihan aku setelah tamat SMA ini. Ia menuntut aku untuk dapat menjadi contoh oleh Laila, meskipun aku bingung harus apa," ungkapnya.
"Lalu apa jawabanmu kepada ayah kamu Ra?" tanya Nadia dengan serius dengan gengaman erat di baju Barra saat motor tersebut berjalan dengan santai menikmati udara sore Kota Manna.
"Aku hanya mengiyakan kakek ku yang ingin aku menjadi seorang abdi negara, meskipun sulit rasanya bagiku untuk terwujud," jawab Barra seperti mengeluh.